Indonesia

Aksara-Aksara Jawa Dalam aksara Jawa atau Hanacaraka, terdapat beberapa prosedur penulisan dan juga banyak elemen dan aturan. Dengan menjelaskan setiap huruf dan tata bahasanya, diharapkan di kemudian hari bisa memfasilitasi pembelajaran atau proses memahami prosedur penulisan Jawa sebelum berlatih menulis. Sebab itu, penjelasan kali ini akan lebih diutamakan daripada pengertian dasar aksara Jawa terlebih dahulu. Bagi orang-orang yang tidak terbiasa dengan aksara ini, catatan seperti dibawah ini sangat diperlukan: Ha menjadi perwakilan bagi fenomena /a/dan/ha/. Apabila aksara ini berada di bagian depan sebuah kata, maka akan dibaca dengan /a/. Akan tetapi aturan ini tidaklah berlaku bagi nama atau jenis kata bahasa asing selain dari bahasa Jawa asli. Da pada penulisan Jawa latin dipakai untuk bagian /d/ dental serta meletup dimana posisi lidahnya ada di bagian belakang pangkal gigi seri atas kemudian diletupkan. Sementara /d/ ini berbeda sekali dari bahasa Melayu atau Indonesia. Dha pada penulisan Jawa latin dipakai untuk jenis d-retofleks dimana posisi lidah dengan /d/ bagi bahasa Melayu ataupun Indonesia, tapi dengan bunyi yang diletupkan. Tha pada bentuk penulisan Jawa latin dipakai untuk t-retofleks dimana posisi lidahnya sama dengan /d/, tapi untuk pengucapannya tidak diberatkan. Bunyi yang satu ini sangat mirip dengan orang yang mempunyai aksen Bali di dalam membunyikan huruf "t". 1. Aksara Carakan Aksara Carakan Aksara Carakan Aksara carakan adalah jenis aksara yang paling dasar dalam mempelajari aksara Jawa. Apabila dilihat dari namanya saja sudah bisa dimengerti bahwa jenis aksara ini merupakan untuk menuliskan kata-kata. Penting untuk diketahui bahwa masing-masing dari aksara carakan ini mempunyai bentuk dan pasangannya (sandangan). Aksara pasangan tersebut dipakai untuk mematikan atau menghilangkan bentuk vokal dari aksara sebelumnya. Agar sobat ilmunik mudah memahami hal ini, penting untuk dijelaskan tentang aturan pasangan di dalam aksara carakan beserta cara untuk membunyikannya. Jenis aksara ini dibagi menjadi beberapa huruf, untuk yang satu ini biasa disebut dengan Hanacaraka. 2. Sandhangan (Pasangan) Aksara Jawa Sandhangan (Pasangan) Aksara Jawa Sandhangan (Pasangan) Aksara Jawa Aksara pasangan atau sandhangan sendiri adalah bentuk khusus yang ada pada aksara Jawa untuk menghilangkan ataupun mematikan suatu vokal dari bentuk aksara yang sebelumnya. Aksara pasangan ini biasanya digunakan untuk menuliskan bentuk suku kata yang di dalamnya tidak ada vokal. Contoh Penggunaan Pasangan Aksara Jawa Untuk contoh pemakaian pasangan (sandhangan) dalam aksara Jawa ialah kata"mangana sega"(makan nasi). supaya kalimat tersebut tidak dibaca mangan sega, maka dibutuhkan untuk mematikan atau menghilangkan huruf Na. Cara untuk mematikan huruf Na adalah dengan memberikan pasangan yang diletakkan pada huruf "se". Dengan cara tersebut maka membaca aksara Jawa ini menjadi mangan sega. 3. Aksara Sawara Aksara Sawara Aksara Sawara Aksara swara ialah salah satu jenis aksara yang digunakan untuk menuliskan huruf vokal yang asalnya dari bentuk kata serapan dari bahasa asing, agar pengucapannya lebih tegas. 4. Sandhangan Aksara Swara Sandhangan Aksara Swara Sandhangan Aksara Swara Setelah mengerti tentang pengertian dari aksara sawara, penting juga untuk kalian tau tentang sandhangan dari aksara swara. Sebab tidak sedikit orang yang merasa kebingungan untuk membedakan antara aksara swara dengan sandhangan. Sandhangan adalah bentuk huruf vokal yang tidak mandiri serta digunakan pada saat berada di bagian tengah dari kata. Sementara di dalam sandhangan akan dibedakan berdasarkan cara membacanya. Untuk jenis aksara swara tidak sama dengan jenis aksara-aksara yang lain, sebab dilengkapi dengan pasangan. Aksara swara juga mempunyai beberapa aturan penulisan yang penting untuk diperhatikan, antara lain: Aksara swara tidak dapat digunakan sebagai bentuk aksara pasangan. Jika aksara swara bertemu sigegan atau konsonan pada akhir suku kata yang sebelumnya, maka sigegan itu wajib dimatikan dengan yang namanya pangkon. Aksara swara dapat diberikan suatu sandangan wignyan, cecak, wulu, suku dan lain sebagainya. 5. Aksara Rekan Aksara Rekan Aksara Rekan Penting untuk diperhatikan bahwa berbagai macam bentuk huruf yang ada di dalam Hancaraka tidak bisa memenuhi keperluan penulisan sejumlah kata yang asalnya dari negara lain. Sebagai pemecahannya, maka dibuatlah suatu bentuk aksara reka yang dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Aksara rekan sendiri adalah jenis aksara yang digunakan untuk penulisan huruf serapan yang asalnya dari bahasa Arab. Contohnya huruf f, kn, dz dan lain-lain. Aksara ini biasanya digunakan untuk penulisan konsonan yang ada pada kata-kata asing yang masih sesuai dengan bentuk aslinya. Aksara rekan yang ada di dalam Hanacaraka ini terbagi menjadi lima bentuk, serta semuanya mempunyai pasangan masing-masing. Untuk aturan penulisannya adalah sebagai berikut: Tidak semua aksara rekan yang ada mempunyai pasangan. Pasangan dalam aksara rekan hanyalah Fa dan yang lainnya tidak ada Aksara rekan sesungguhnya dalam praktiknya dapat diberikan pasangan. Aksara rekan dapat diberikan sandhangan seperti askara-aksara lain di dalam Hancaraka. Contoh Aksara Rekan Contoh Aksara Rekan Contoh Aksara Rekan Dengan sobat ilmunik mempelajari contoh aksara rekan, maka semakin mudah untuk membantu Anda dalam memahami penulisan yang benar dari suku kata dan bahasa yang berasal dari negara lain seperti Arab. Contoh aksara rekan ini memang cukup sulit dan rumit sebab tidak tercover di dalam Hancaraka. Akan tetapi jika sudah mengetahui contohnya, pasti akan semakin mudah untuk membantu Anda sebagai pemula dalam mempelajari aksara Jawa. 6. Aksara Murda Aksara Murda Aksara Murda Pengertian aksara murda secara singkatnya adalah sejenis huruf kapital di dalam jenis aksara Jawa. Aksara ini secara khusus digunakan untuk menuliskan jenis huruf depan suatu nama orang, tempat, atau kata-kata lain yang awalannya menggunakan huruf kapital. Selain itu, aksara ini juga digunakan di awal kalimat atau awal paragraf. Aksara ini biasanya digunakan juga untuk menuliskan nama gelar, nama orang, nama geografi, nama lembaga pemerintahan, dan juga nama lembaga yang berbadan. Oleh sebab itu, di dalam bahasa Indonesia menggunakan huruf besar, maka di dalam bahasa Jawa juga menggunakan aksara khusus yang disebut aksara murda ini. Akan tetapi, penting juga dijadikan catatan bahwa tidak semua aksara yang ada di Hanacaraka terdapat bentuk aksara murdanya. Kurang lebihnya ada delapan buah aksara murda. Aksara ini juga mempunyai bentuk pasangannya tersendiri yang berfungi atau berguna sama dengan pasangan di dalam aksara Jawa. Contoh Aksara Murda Contoh Aksara Murda Contoh Aksara Murda Aksara ini memang tidak terlalu sulit di dalam penulisannya, dengan dilengkapi contoh tersendiri. Pastinya akan lebih membantu Anda dalam mempelajari aksara Jawa sehingga menjadikan lebih bisa. Khususnya ketika menemukan berbagai huruf kapital atau suku kata yang menggunakan huruf besar. Sementara untuk aturan penulisannya, aksara murda ini sebenarnya sama seperti dengan penulisan aksara pokok di dalam Carakan. Akan tetapi, ada beberapa tambahan aturan, antara lain: Aksara murda tidak bisa digunakan sebagai sigeg atau yang biasanya disebut dengan konsonen penutup untuk jenis suku kata. Jika di dalam satu suku kata atau kalimat ada lebih dari satu bentuk aksara murda, maka ada dua aturan yang bisa digunakan. Yakni dengan mengikutkan aksara murda untuk terdepan saja atau dengan menuliskan semua aksara murda yang ditemui. Jika ditemukan bentuk aksara murda yang menjadi sigeg, maka wajib dituliskan bentuk aksara pokoknya. 7. Aksara Wilangan Aksara Wilangan Aksara Wilangan Pengertian aksara wilangan atau yang sering disebut dengan bilangan ialah aksara yang difungsikan untuk menuliskan jenis angka di dalam aksara Jawa. Aksara wilangan sendiri digunakan untuk menyatakan suatu lambang bilangan atau nomor. Angka di dalam aksara Jawa bisa berjenis ukuran, luas, berat, panjang, nilai uang, satuan waktu dan lain-lain. Jenis-jenis kuantitas penulisan angka ini dilakukan dengan mengapitkan tanda yang ada pada perangkat bagian awal dan akhir dari penulisan angka. Sementara untuk penulisan satuan di dalam sebuah bilangan dapat ditulis di dalam bentuk kata lengkapnya. Contohnya saja kilometer, meter, kilogram, dan lain-lain. 8. Tanda Baca Aksara Jawa Tanda Baca Aksara Jawa Tanda Baca Aksara Jawa Setelah selesai memahami secara keseluruhan tentang huruf dan juga bilangan di dalam aksara Jawa, selanjutnya masuk tentang aturan di dalam penulisan aksara Jawa itu sendiri. Tanda baca atau disebut pratandha dalam aksara Jawa dibutuhkan untuk menyempurnakan penulisannya. Aksara Jawa sendiri memiliki berbagai macam bunyi yang berbeda pada saat diucapkan. Hal ini tergantung pada masing-masin kata yang ditulis menggunakan aksara tersebut. Contohnya saja dapat dibaca a pada jenis kata papat serta dapat juga dibaca a di kata lara. Peraturan tersebut juga berlaku pada bunyi e yang mempunyai beberapa varian bunyi dalam pengucapannya. Pada Hanacaraka sendiri, terdapat berbagai macam tanda di dalam penulisan aksara tersebut. Dalam perangkat lunak, terdapat lima buah tanda baca yang perlu diketahui antara lain: Pada adeg-adeg Digunakan pada adeg-adeg ialah dibagian depan kalimat di masing-masing alineanya. Pada adeg Sementara di bagian adeg ini digunakan untuk mendapatkan bagian tertentu pada sebuah teks yang perlu untuk diperhatikan, dalam hal ini hampir sama dengan tanda baca kurung. Pada lingsa Untuk pada lingsa sendiri dipakai pada bagian akhir kalimat, sebagai tanda sebuah intonasi yang masih setengah selesai. Tanda ini sama atau sesuai dengan tanda koma. Pada lungsi Pada lungsi yang digunakan pada akhir sebuah kalimat. Tanda baca ini sangat sama dengan tanda titik. Pada pangkat Pangkat ini mempunyai beberapa fungsi di dalamnya, misalnya untuk akhir pernyataan lengkap jika diikuti dengan beberapa jenis rangkaian. Selain itu, bisa juga digunakan untuk pangkat yang mengapit suatu petikan langsung. Makna-Makna Aksara Jawa Makna-Makna Aksara Jawa Makna-Makna Aksara Jawa Sementara makna-makna yang terkandung di dalam aksara Jawa antara lain: Ha : hana hurup wening suci yang di dalam bahasa Indonesia berarti adanya hidup adalah kehendak dari Tuhan yang Maha Esa. Na : Nur Candra atau warsitaning Candara yang berarti pengharapan dari manusia selalu mengharapkan sinar dari Ilahi. Ca : cipta weding, cipta dadi, cipta mandulu yang berarti suatu arah dan tujuan dari Sang Maha Tunggal. Ra : rasingsung handulusih yang maknanya ialah cinta sejati yang timbul dari cinta kasih dalam nurani. Ka : karsaningsung memayuhaning bawana yang artinya sebuah hasrat yang diarahkan untuk sebuah kesejahteraan alam. Da : dumadining Dzat kang tanpo winangenan yang berarti menerima kehidupan ini dengan apa adanya. Ta : tatas, tutus, titis, titi, lan wibawa yang berarti sesuatu yang mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang sebuah kehidupan. Sa : suram ingsun handulu sifatullah yang berarti pembentukan kasih sayang sebagaimana kasihnya Tuhan. Wa : wujud hana tan kena kinira yang berartiilmu manusia manusia yang hanya terbatas, namun untuk implementasinya sangat tidak terbatas. La : lir handaya paseban jati yang berarti menjalankan hidup semata-mata hanya untuk memenuhi tuntutan Tuhan. Pa : papan kang tanpa kiblat yang berarti hakikat Tuhan yang sejatinya ada tanpa arah. Dha: duwur wekasane endek wiwitane yang berarti untuk dapat mencapai puncak harus dimulai dari dasarnya atau dari bawah terlebih dahulu. Ja : jumbuhing kawula lan gusti yang berarti adalah senantiasa berusaha untuk mendekati Tuhan dan memahami kehendak Tuhan. Ya : yakin marang sembarang tumindak kang dumadi yang berarti yakin terhadap ketetapan dan kudrat Illahi. Nya : nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki yang berarti mantap di dalam menyembah Tuhan. Ma : madep mantep manembah marang Ilahi yang berarti mantap di dalam menyembah Tuhan. Ga : guru sejati sing muruki artinya pembelajaran kepada guru nurani. Ba : bayu sejati kang andalani berarti menyelaraskan diri kepada gerak gerik dari alam. Tha : tukul saka niat yang berarti segala sesuatu harus tumbuh dan diawali dengan niat. Nga : ngarucut busananing manungso yang berarti melepaskan segala ego pribadi pada diri manusia.

Jawa

Tulisan Jawa Ing aksara Jawa utawa Hanacaraka, ana sawetara prosedur nulis uga akeh unsur lan aturane. Kanthi nerangake saben huruf lan tata basa, diajab mbesuk bisa nggampangake sinau utawa proses mangertos tata cara nulis aksara Jawa sadurunge nindakake nulis. Mula, panjelasan wektu iki bakal dadi prioritas tinimbang pangerten dhasar aksara Jawa dhisik. Kanggo wong sing ora ngerti skrip iki, cathetan kaya ing ngisor iki perlu banget: Ha minangka perwakilan saka fenomena / a / lan / ha /. Yen karakter iki ana ing sangarepe tembung, mula bakal diwaca dadi / a /. Nanging, aturan iki ora ditrapake kanggo jeneng utawa jinis tembung ing basa asing kajaba basa Jawa asli. Da ing tulisan Jawa Latin digunakake kanggo / d / dental uga kanggo pop ing endi ilat dipanggonke ing mburi pangkal insisors ndhuwur banjur muncul. Dene / d / beda banget karo basa Melayu utawa basa Indonesia. Dha ing tulisan Jawa Latin digunakake kanggo jinis d-retoflex ing endi posisi ilate / d / kanggo basa Melayu utawa basa Indonesia, nanging kanthi swara pop. Tha ing bentuk tulisan Jawa Latin digunakake kanggo t-retoflex ing endi posisi ilate padha karo / d /, nanging pangucapane ora bobot. Swara iki mirip banget karo wong sing duwe aksen Bali nalika muni huruf "t". 1.Skrip Carakan Skrip Carakan Skrip Carakan Skrip carakan minangka jinis naskah sing paling dhasar sajrone sinau aksara Jawa. Yen dideleng saka jeneng wae, bisa dingerteni manawa jinis naskah iki digunakake kanggo nulis tembung. Perlu dielingi manawa masing-masing karakter carakan kasebut duwe wujud lan mitra (sandangan). Pasangan karakter iki digunakake kanggo mateni utawa mbusak wujud aksara swara saka naskah sadurunge. Supaya kanca ilmunik sampeyan gampang ngerti, penting nerangake aturan pasangan ing skrip carakan lan cara nyuarakake. Jinis skrip kasebut dipérang dadi pirang-pirang huruf, amarga sing umum diarani Hanacaraka. 2. Sandhangan (Pasangan) aksara Jawa Sandhangan (Pasangan) aksara Jawa Sandhangan (Pasangan) aksara Jawa Naskah pasangan utawa sandhangan dhewe minangka wujud khusus sing ana ing aksara Jawa kanggo mbusak utawa mateni aksara swara saka wujud aksara sadurunge. Pasangan karakter iki biasane digunakake kanggo nulis suku kata sing ora ana vokal. Tuladha Nggunakake Pasangan Skrip Jawa Tuladha nggunakake pasangan (sandhangan) ing aksara Jawa yaiku tembung "mangana sega" (mangan sega). saengga ukara kasebut ora diwaca mangan mangan sega, kudu mateni utawa nyopot huruf Na.Cara kanggo mateni huruf Na yaiku menehi pasangan sing diselehake ing huruf "se". Kanthi cara iki, maca aksara Jawa dadi sega mangan. 3. Naskah sawara Naskah sawara Naskah sawara Skrip Swara minangka jinis naskah sing digunakake kanggo nulis vokal sing asale saka tembung utangan saka basa asing, saengga pelafalan luwih kenceng. 4. Naskah Sandhangan Swara Sandhangan Aksara Swara Sandhangan Aksara Swara Sawise ngerti makna naskah Sara, sampeyan uga kudu ngerti babagan artikel naskah Swara. Amarga ora sawetara wong sing rumangsa bingung bab bedane naskah swara lan sandhangan. Sandhangan minangka wujud vokal sing ora mandhiri lan digunakake nalika ana ing tengahing tembung. Kangge, artikel kasebut bakal dibedakake adhedhasar cara maca. Paraga swara ora padha karo jinis karakter liyane, amarga dilengkapi pasangan. Skrip Swara uga duwe sawetara aturan nulis sing penting dicathet, kalebu: Paraga swara ora bisa digunakake minangka wujud paraga pasangan. Yen huruf swara ketemu sigegan utawa konsonan ing pungkasan suku kata sadurunge, mula sigegan kasebut kudu dipateni nganggo jeneng pangkon. Paraga swara bisa diwenehi tampilan wignyan, kadal, wulu, suku lan liya-liyane. 5.Paraga pendamping Paraga pendamping Paraga pendamping Perlu dielingi manawa macem-macem jinis huruf ing Hancaraka ora bisa nyukupi kabutuhan nulis pirang-pirang tembung sing asale saka negara liya. Minangka solusine, digawe sawijining naskah dhewe-dhewe sing ing kasus iki dipengaruhi banget karo Arab. Skrip peer dhewe minangka jinis skrip sing digunakake kanggo nulis tembung utang sing asale saka basa Arab. Contone huruf f, kn, dz lan liya-liyane. Skrip iki biasane digunakake kanggo nulis konsonan nganggo tembung manca sing isih salaras karo wujud asline. Paraga pasangan ing Hanacaraka kapérang dadi limang wanda, lan kabèh duwé pasangan masing-masing. Aturan nulis kaya ing ngisor iki: Ora kabeh paraga pendamping duwe pasangan. Mitra ing karakter kanca yaiku Fa lan liyane ora ana Ing prakteke, mitra bisa diwenehi mitra. Karakter pendamping bisa diwenehi alangan kaya karakter liyane ing Hancaraka. Tuladha serat mitra Tuladhane Paraga Kanca Tuladha serat mitra Karo kanca ilmunik sampeyan sing nyinaoni conto karakter peer-to-peer, bakal luwih gampang mbantu sampeyan ngerti babagan nulis suku kata lan basa sing bener saka negara liya kayata Arab. Tuladha naskah peer-to-peer iki pancen angel banget lan rumit amarga ora kalebu ing Hancaraka.Nanging, yen sampeyan wis ngerti conto, mesthine bakal luwih gampang mbantu sampeyan minangka pamula sinau babagan aksara Jawa. 6. Naskah Murda Naskah Murda Naskah Murda Makna aksara Murda kanthi ringkes yaiku jinis huruf kapital ing jinis aksara Jawa. Skrip iki khusus digunakake kanggo nulis jinis wong, papan, utawa tembung liyane sing diwiwiti kanthi huruf kapital. Kajaba iku, paraga iki uga digunakake ing wiwitan ukara utawa ing wiwitaning paragraf. Skrip iki biasane digunakake kanggo nulis jeneng judhul, jeneng wong, jeneng geografis, jeneng institusi pamrentah, lan uga jeneng institusi. Mula, ing basa Indonesia nggunakake huruf kapital, mula ing basa Jawa uga nggunakake aksara khusus sing diarani aksara murda iki. Nanging, penting uga dicathet yen ora kabeh karakter ing Hanacaraka duwe wujud skrip murd. Udakara udakara wolung karakter murda. Skrip iki uga duwe bentuk pasangan dhewe sing fungsine utawa migunani padha karo pasangan ing aksara Jawa. Tuladha Naskah Murda Tuladha Naskah Murda Tuladha Naskah Murda Skrip iki ora angel banget nalika ditulis, kanthi conto dhewe. Mesthi wae, bakal mbantu sampeyan sinau karakter basa Jawa supaya bisa luwih trampil.Apamaneh nalika nemokake macem-macem huruf kapital utawa suku kata gedhe. Dene babagan aturan nulis, aksara murda iki sejatine padha karo naskah utama ing Carakan. Nanging, ana sawetara aturan tambahan, kalebu: Naskah Murda ora bisa digunakake minangka sigeg utawa sing biasane diarani konsonan penutup kanggo jinis suku kata. Yen ing suku kata utawa ukara ana luwih saka siji wujud aksara Murda, mula ana rong aturan sing bisa digunakake. Yaiku kanthi nyakup skrip murda mung kanggo ngarep utawa kanthi nulis kabeh karakter murda sing ditemokake. Yen ditemokake skrip murda sing dadi sigeg, mula wujud utama kudu ditulis. 7. Watake wilangan Naskah Wilangan Naskah Wilangan Definisi paraga wilangan utawa sing asring diarani angka yaiku skrip sing digunakake kanggo nulis jinise angka ing aksara Jawa. Karakter numerik dhewe digunakake kanggo nyebutake simbol utawa angka. Nomer ing aksara Jawa bisa kanthi macem-macem ukuran, area, bobot, dawa, nilai dhuwit, unit wektu lan liya-liyane. Jinis jumlah nulis angka kasebut ditindakake kanthi nutupi tandha-tandha sing ana ing piranti ing wiwitan lan pungkasan nomer nulis. Kangge, nulis unit ing nomer bisa ditulis nganggo bentuk tembung lengkap. Contone, kilometer, meter, kilogram, lan liya-liyane. 8.Tandha Tulisan Jawa Tandha Tulisan Jawa Tandha Tulisan Jawa Sawise ngrampungake pangerten kanthi lengkap babagan huruf lan angka ing aksara Jawa, mula kita bakal nemtokake aturan nalika nulis aksara Jawa dhewe. Tandha tandha tandha utawa sing diarani pratandha nganggo aksara Jawa dibutuhake kanggo nyampurnakake panulisan. Tulisan jawa dhewe duwe macem-macem swara nalika diucapake. Iki gumantung karo saben tembung sing ditulis nganggo karakter kasebut. Contone, bisa diwaca minangka jinis tembung papat lan bisa uga diwaca kaya ing tembung lara. Aturan iki uga ditrapake kanggo swara e sing duwe sawetara varian swara ing pocapane. Ing Hanacaraka dhewe, ana macem-macem pratandha nalika nulis naskah. Ing piranti lunak kasebut, ana limang tandha wacan sing kudu dingerteni, kalebu: Ing pilar Digunakake ing adeg ing ngarep ukara ing saben alineas. Ing adeg Nalika ing bagean adeg digunakake kanggo entuk bagean tartamtu saka teks sing butuh perhatian, ing kasus iki meh padha karo tandha wacan. Ing lingsa Kanggo lingsa dhewe digunakake ing pungkasan ukara, minangka tandha intonasi sing isih separo rampung. Tandha iki padha utawa cocog karo koma. Dienggo Ing fungsi sing digunakake ing pungkasan ukara. Wacan iki mirip banget karo sawijining periode.Ing pangkat Eksponen iki duwe sawetara fungsi, kayata kanggo pungkasan pernyataan lengkap yen diikuti karo sawetara seri. Kajaba iku, bisa uga digunakake kanggo rangking sing nyakup wacana langsung. Makna Tulisan Jawa Makna Tulisan Jawa Makna Tulisan Jawa Dene makna sing ana ing aksara Jawa kalebu: Ha: hana hurup wening Suci sing ing basa Indonesia tegese urip dadi kersane Gusti Allah SWT. Na: Nur Candra utawa warsitaning Candara sing tegese pangarep-arep saka manungsa mesthi ngarep-arep cahya saka gaib. Ca: Cipta weding, Cipta dadi, Cipta Mandulu sing tegese arah lan tujuwane saka Maha Suci. Ra: rasingsung handulusih sing tegese tresna sejati sing tuwuh saka katresnan ing kalbu. Ka: karsaningsung memayuhaning bawana sing tegese gegayuhan tumuju marang kesejahteraan alam. Da: dumadining Dzat kang tanpo winangenan sing ateges nampa urip iki kaya saiki. Ta: tatas, tutus, titis, titi, lan wibawa sing tegese soko dhasar, total, siji sesanti, akurasi nalika nyawang urip. Sa: surem ingsun handulu alamullah sing ateges wujud katresnan dadi tresnane Gusti Allah. Wa: wujud hana tan kena kinira sing ateges ilmu manungsa mung winates, nanging implementasine ora winates.La: lir handaya paseban teati tegese urip mulya mung kanggo netepi panjaluking Gusti. Papan Pa: kang tanpa kiblat, tegese ateges Gusti Allah, sing sejatine ana tanpa arah. Dha: duwur wekasane endek wiwitane sing artine supaya bisa tekan ndhuwur kudu diwiwiti saka ngisor utawa saka ngisor dhisik. Ja: jumbuhing kawula lan gusti sing tegese tansah nyoba nyedhaki Gusti Allah lan ngerti kekarepane Gusti. Ya: manawa marang acak tum Aksi kang kedadeyan sing ateges percaya marang keputusan ilahi lan tulus. Dheweke: nyata tanpa mripat, ngerti tanpa dikutuk, tegese stabil nyembah marang Gusti Allah. Ma: madep mantep manembah marang Ilahi sing tegese mantep nyembah marang Gusti Allah. Ga: guru sejati nyanyi muruki tegese sinau karo guru nurani. Ba: bayu kang andalani nyata tegese selaras karo gerakan alam sing alami. Tha: niat tukul saka sing artine kabeh kudu tuwuh lan diwiwiti kanthi niat. Nga: ngarucut busananing manungso sing tegese ngeculake kabeh ego pribadi ing manungsa.

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Jawa?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)