Indonesia

Upacara Kematian Adat Jawa Kematian memang selalu menjadi salah satu momen yang paling menyedihkan dalam setiap perjalanan hidup manusia. Tidak ada satupun cara yang bisa kita sebagai manusia lakukan untuk menghindari momen yang dianggap paling menyedihkan ini. Secara umum pada saat keluarga ataupun kerabat meninggal biasanya cukup hanya di doakan lalu dimakamkan. Namun beberapa suku di Indonesia mempunyai cara,langkah langkah,ritual,maupun adat istiadat yang dilakukan pada saat keluarga/kerabat terdekat meninggal. Suku Jawa berasal dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Semua sendi kehidupan masyarakat suku Jawa tak pernah lepas dari adat istiadat nan memang sudah sangat dipercayai sejak dulu.Masyarakat suku Jawa merupakan masyarakat dengan jumlah populasi terbesar di Indonesia. Jumlahnya mencapai hampir setengah dari holistik populasi masyarakat nan tinggal di Indonesia. Masyarakat Jawa dikenal memilki budaya yang sangat kental. Sampai era globalisasi saat ini pun adat istiadat masih kerap dijalankan dan ditaati oleh masyarakatnya. Adat istiadat disuku Jawa pun hampir terdapat di setiap momen momen kehidupan manusia. Semenjak dari kelahiran,ulangtahun,perkawinan,hingga kematian memilik adat istiadatnya. Adat istiadat ini ialah sebuah budaya dan Norma nan telah turun temurun dilakukan oleh sebagian besar masyarakat jawa. Bahkan di masyarakat sekan terdapat keharusan buat melakukannya. Segala usaha akan dilakukan agar mereka bisa melaksanakan adat istiadat ini. Kebanyakan adat istiadat nan ada bersumber dari kepercayaan nenk moyang terdahulu dari masyarakat jawa dan tak bersumber dari agama terutama agama Islam sebagai agama nan banyak dipeluk oleh sebagian besar masyarakat jawa. Ritual Kematian Adat Jawa Dalam pemahaman orang Jawa, bahwa nyawa orang yang telah mati itu sampai dengan waktu tertentu masih berada di sekeliling keluarganya. Ketika salah satu masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat istiadat pun tak lepas mengiringi. Ritual ini dimaksudkan agar orang nan meninggal dapat mendapatkan loka nan baik di akhirat. Oleh karena itu kita sering mendengar istilah selametan yang dilakukan untuk orang yang telah meninggal. Tidak hanya suku Toraja yang memiliki ritual kematian suku Jawa pun juga memiliki ritual kematian. Ketika salah satu masyarakat suku Jawa meninggal, ritual adat istiadat pun tak lepas mengiringi. Ritual ini dimaksudkan agar orang nan meninggal dapat mendapatkan loka nan baik di akhirat. 1. Pemberitahuan Tentu saja hal yang menjadi langkah pertama yang akan kita lakukan saat mengetahui keluarga/kerabat kita meninggal adalah memberitahukan kabar sedih tersebut ke tetanggga,kerabat,keluarga terdekat. Jenazah yang baru saja meninggal dunia segera ditidurkan secara membujur, menelentang, dan menghadap ke atas. Selanjutnya mayat ditutup dengan kain batik yang masih baru. Kaki dipan tempat mayat itu ditidurkan perlu direndam dengan air, maksudnya agar dipan itu tidak dikerumuni semut atau binatang kecil lainnya. Tikar sebagai alas tempat jenazah dibaringkan perlu diberi garis tebal dari kunyit dengan maksud agar binatang kecil tidak mengerumuni mayat. Terakhir adalah membakar dupa wangi atau ratus untuk menghilangkan bau yang kurang sedap. Bersamaan dengan hal diatas, beberapa orang terdekat bertugas memanggil seorang modin dan mengumumkan kematian itu kepada para sanak saudara dan tetangga. Pemberitaan juga dilakukan dengan bantuan pengeras suara dari masjid terdekat. Setelah kabar tersiar mereka yang mendengar akan berusaha segera datang ketempat itu untuk membantu menyiapkan pemakaman. 2. Upacara Ngesur Tanah (Geblag) Upacara ngesur tanah merupakan upacara yang diselenggarakan pada saat hari meninggalnya seseorang. Upacara ini diselenggarakan pada sore hari setelah jenazah dikuburkan. Istilah sur tanah atau ngesur tanah berarti menggeser tanah (membuat lubang untuk penguburan mayat). Makna sur tanah adalah memindahkan alam fana ke alam baka dan wadag semula yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah juga. Bahan yang digunakan untuk kenduri terdiri atas: Nasi gurih (sekul wuduk) Ingkung (ayam dimasak utuh) Urap (gudhangan dengan kelengkapannya) Cabai merah utuh Krupuk rambak Kedelai hitam Bawang merah yang telah dikupas kulitnya Bunga kenanga Garam yang telah dihaluskan Tumpeng yang dibelah dan diletakkan dengan saling membelakangi (tumpeng ungkur-ungkuran) 3.Upacara Brobosan Sebelum jenazah diberangkatkan ke makam dilakukan suatu upacara yang disebut dengan “upacara brobosan”. Upacara brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua atau keluarga mereka (jenazah) yang telah meninggal dunia. Upacara brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal sebelum dimakamkan dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Namun sebelum upacara dilakukan, biasanya diawali dengan beberapa sambutan dan ucapan belasungkawa oleh beberapa pamong desa. Dan semua yang hadir ditempat itu harus berdiri hingga jenazah benar-benar diberangkatkan. Upacara brobosan tersebut dilangsungkan dengan tata cara sebagai berikut: 1.Peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai. 2.Anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam. 3.Urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang. Setelah itu jenazah diberangkatkan dengan keranda yang diangkat oleh anak-anaknya yang sudah dewasa bersama dengan anggota keluarga pria lainnya, sedangkan seorang memegang payung untuk menaungi bagian dimana kepala jenazah berada. Adapun urutan untuk melakukan perjalanan ke pemakaman juga diatur. Yang berada diurutan paling depan adalah penabur sawur (terdiri dari beras kuning dan mata uang), kemudian penabur bunga dan pembawa bunga, pembawa kendi, pembawa foto jenazah, keranda jenazah, barulah dibagian paling belakang adalah keluarga maupun kerabat yang turut menghantarkan. Namun dalam keyakinan orang Jawa, seorang wanita tidak diperkenankan untuk memasuki area pemakaman. Jadi mereka hanya boleh menghantarkan sampai didepan pintu pemakaman saja. Dan mereka yang masuk hanyalah kaum pria tanpa memakai alas kaki. 4. Upacara Nelung Dina ( Tiga Hari) Upacara ini merupakan upacara kematian yang diselenggarakan untuk memperingati tiga hari meninggalnya seseorang. Peringatan ini dilakukan dengan kenduri dengan mengundang kerabat dan tetangga terdekat. Bahan untuk kenduri biasanya terdiri atas: *Takir pontang yang berisi nasi putih dan nasi kuning, dilengkapi dengan sudi-sudi yang berisi kecambah, kacang panjang yang telah dipotongi, bawang merah yang telah diiris, garam yang telah digerus (dihaluskan), kue apem putih, uang, gantal dua buah. *Nasi asahan tiga tampah, daging lembu yang telah digoreng, lauk-pauk kering, sambal santan, sayur menir, jenang merah 5.Upacara Mitung Dina (Tujuh Hari) Upacara ini untuk memperingati tujuh hari meninggalnya seseorang. Bahan yang digunakna untuk kenduri biasanya terdiri atas: *Kue apem yang di dalamnya diberi uang logam, ketan, kolak (semuanya diletakkan dalam satu takir) *Nasi asahan tiga tampah, daging goreng, pindang merah yang dicampur dengan kacang panjang yang diikat kecil-kecil, dan daging jeroan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk kerucut (conthong), serta pindang putih. 6.Upacara Matang Puluh ( Empat Puluh Hari ) Upacara ini untuk memperingati empat puluh hari meninggalnya seseorang. Biasanya peringatannya dilakukan dengan kenduri. Bahan untuk kenduri biasanya sama dengan kenduri pada saat memperingati tujuh hari meninggalnya, namun ada tambahan sebagai berikut: 1. Nasi wuduk 2. Ingkung 3. Kedelai hitam 4. Cabai merah utuh 5. Rambak kulit 6. Bawang merah yang telah dikupas kulitnya 7. Garam 8.Bunga kenanga 7.Upacara Nyatus (Seratus Hari) Upacara ini untuk memperingati seratus hari meninggalnya seseorang. Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan empat puluh hari.7 8.Upacara Mendhak Pisan(Setahun Pertama) Upacara mendhak pisan merupakan upacara yang diselenggarakan ketika orang meninggal pada setahun pertama. Tata cara dan bahan yang diigunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan seratus hari. 9.Upacara Mendhak Pindho(Tahun Kedua) Upacara mendhak pindho merupakan upacara terakhir untuk memperingati meninggalnya seseorang. Tata cara dan bahan yang digunakan untuk memperingati seratus hari meninggalnya pada dasarnya sama dengan ketika melakukan peringatan mendhak pisan. 10.Upacara Mendhak Katelu(Seribu Hari) Merupakan peringatan seribu hari bagi orang yang sudah meninggal. Peringatan dilakukan dengan mengadakan kenduri yang diselenggarakan pada malam hari.Bahan yang digunakan untuk kenduri sama dengan bahan yang digunakan pada peringatan empat puluh hari yang ditambah dengan: *daging kambing/domba becek. Sebelum dimasak becek, seekor domba disiram dengan bunga setaman, lalu dicuci bulunya, diselimuti dengan mori selebar sapu tangan, diberi kalung bunga yang telah dirangkai, diberi makan daun sirih. Keesokan harinya domba diikat kakinya lalu ditidurkan di tanah. Badan domba seutuhnya digambar pola dengan menggunakan ujung pisau. Hal ini dimaksudkan untuk mengirim tunggangan bagi arwah yang mati supaya lekas sampai surga. Setelah itu domba disembelih dan kemudian dimasak becek. *Sepasang burung merpati dikurung dan diberi rangkaian bunga. Setelah doa selesai dilakukan, burung merpati dilepas dan diterbangkan. Maksud tata cara ini adalah juga untuk mengirim tunggangan bagi arwah agar dapat cepat kembali pada Tuhan. dalam keadaan suci, bersih, tanpa beban. *Sesaji, terdiri atas tikar bangka, benang lawe empat puluh helai, jodhog, clupak berisi minyak kelapa dan uceng-uceng (sumbu lampu), minyak kelapa satu botol, sisir, serit, cepuk berisi minyak tua, kaca/cermin, kapuk, kemenyan, pisang raja setangkep, gula kelapa setangkep, kelapa utuh satu butir, beras satu takir, sirih dengan kelengkapan untuk menginang, bunga boreh. Semuanya diletakkan di atas tampah dan diletakkan di tempat orang berkenduri untuk elakukan doa. 11. Kol (Kol Kolan) Kol merupakan peringatan yang dilakukan untuk orang yang sudah meninggal setelah seribu hari. Ngekoli diselenggarakan bertepatan dengan satu tahun setelah nyewu. Saat peringatan ini harus bertepatan dengan hari dan bulan meninggalnya. Ngekoli dilakukan dengan kenduri dengan bahan kenduri: kue apem, ketan, dan kolak. Semuanya diletakkan dalam satu takir. Pisang raja satu tangkep, uang “wajib”, dan dupa. 12.Nyadran Nyadran adalah hari berkunjung ke makam para leluhur/kerabat yang telah mendahului. Nyadran ini dilakukan pada bulan Ruwah atau bertepatan dengan saat menjelang puasa bagi umat Islam. 13. Lambang-lambang dan Makna yang Terkandung dalam Upacara 1. Sega golong melambangkan kebulatan tekad yang manunggal atau istilah Jawanya “tekad kang gumolong dadi sawiji”. Dalam hal kematian, baik yang mati maupun keluarga yang ditinggalkannya sama-sama mempunyai tujuan yaitu surga. 2. Sega asahan atau ambengan melambangkan suatu maksud agar arwah si mati maupun keluarga yang masih hidup kelak akan berada pada “pembenganing Pangeran”, artinya selalu mendapatkan ampun atas segala dosa-dosanya dan diterima di sisiNya. 3. Tumpeng/nasi gunungan melambangkan suatu cita-cita atau tujuan yang mulia (gegayuhan kang luhur), seperti gunung yang mempunyai sifat besar dan puncaknya menjulang tinggi. Di samping itu didasari pula kepercayaan masyarakat bahwa di tempat yang tinggi itulah Tuhan Yang Maha Kuasa berada, roh manusiapun kelak akan ke sana. 4. Tumpeng pungkur melambangkan perpisahan antara si mati dengan yang masih hidup, karena arwah si mati akan berada di alam yang lain sedangkan yang hidup masih berada di alam dunia yang ramai ini. 5. Sega wuduk dan lauk pauk segar/bumbu lembaran maksudnya untuk menjamu roh para leluhur. 6. Ingkung ayam melambangkan kelakuan pasrah atau menyerah kepada kekuasaan Tuhan. Istilah ingkung atau diingkung mempunyai makna “dibanda” atau dibelenggu. 7. Kembang rasulan atau kembang telon melambangkan keharuman doa yang dilontarkan dari hati yang tulus ikhlas lahir batin. Di samping itu bau harus mempunyai makna kemuliaan. 8.Bubur merah dan bubur putih melambangkan keberanian dan kesucian. Di sampingitu bubur merah untuk memule atau tanda bakti kepada roh dari bapak atau roh laki-laki dan bubur putih sebagai tanda bakti kepada roh dari ibu atau roh perempuan. Secara komplitnya adalah sebagai tanda bakti kepada bapa angkasa ibu pertiwi atau penguasa langit dan bumi, semuadibekteni dengan harapan akan memberikan berkah, baik kepada si mati maupun kepada yang masih hidup. 9.Tukon pasar untuk menghormati “dinten pitu pekenan gangsal” atau hari dan pasaran dengan harapan segala perbuatan dan perjalanan roh si mati maupun yang masih hidup ke semua arah penjuru mata angin akan selalu mendapatkan selamat tanpa halangan suatu apa. Disamping itu semoga mendapatkan berkahNya hari di mana hari itu diadakan selamatan, misalnya malam Kamis pon, Rabu Wage dan lain sebagainya. 1.Wajib melambangkan suatu niat ucapan terima kasih kepada kaum yang telah “ngujubake” menjabarakan tujuan selamatan itu, dan terima kasih pula kepada semua fihak yang ditujunya, semoga semuanya itu terkabul. 2.Sega punar atau nasi kuning melambangkan kemulian, sebab warna atau cahaya kuning melambangkan sifat kemuliaan. Juga dimaksudkan sebagai jamuan mulia kepada yang dipujinya. 3.Apem melambangkan payung dan tameng, dan dimaksudkan agar perjalanan roh si mati maupun yang masih hidup selalu dapat menghadapi tantangannya dan segala gangguannya berkat perlindungan dari yang maha kuasa dan para leluhurnya. 4.Ketan adalah salah satu makanan dari beras yang mempunyai sifat”pliket’ atau lekat. Dari kata pliket atau ketan, ke-raket melambangkan suatu keadaan atau tujuan yang tidak luntur atau layu, artinya tidak kenal putus asa. 5.Kolak adalah melambangkan suatu hidangan minuman segar atau untuk “seger-seger” sebagai pelepas dahaga. Disamping itu juga melambangkan suatu keadaan atau tujuan yang tidak luntur atau layu, artinya tidak kenal putus asa. 6.Kambing, merpati dan itik melambangkan suatu kendaraan yang akan dikendarai oleh roh si mati. 7.Materi sajian lain seperti tikar, benang lawe, jodog, sentir, clupak, minyak klentik, sisir, minyak wangi, cermin, kapas, pisang, beras, gula, kelapa, jarum dan lain sebagainya yang mana hal ini biasanya pada selamatan seribu hari adalah sebagai lambang dari segala perlengkapan hidup manusia sehari-hari, dan semua itu dimaksudkan sebagai bekal roh si mati dalam menjalani kehidupan di alam baka. 14.Lambang Atau Makna Dari Uba Rampe 1.Benang lawe adalah benag putih sebagai lambang tali suci sebagai pengikat atau tali hubugan antara keluarga yang ditinggalkan dengan yang sudah pergi jauh itu. 2.Jodog dan sentir adalah lambang penerang, maksudnya agar roh si mati tadi selalu mendapatkan terang. 3.Clupak berisi minyak dan sumbu melambangkan obor di perjalanan dan semangan yang tinggi. 4.Minyak klentik 1 botol sebagai lambang bekal cadangan jika sewaktu-waktu kehabisan atau lampunya mati. Sebab kebiasaan orang Jawa jaman dulu menggunakan minyak lampu bukan dari minyak tanah seperti sekarang, melainkan denga minyak kelapa atau minyak klentik. 5.Sisir, minyak wangi dan cermin melambangkan sebagai perlengkapanmake up atau untuk “dandan’/menghiasi diri, agar rapi dan wangi, jika perempuan ibarat seperti bidadari, jika laki-laki ibarat sepeti satriya yang tampan. 6.Kapas yang biasa sebagai alas atau isi bantal melambangkan bantal suci. 7.Pisang raja sebagai lambang persembahan kepada yang maha kuasa di samping itu juga sebagai buah segar. 8.Beras, gula kelapa melambangkan makanan beserta lauk dan bumbunya, sebagai bekal hidup di alam kelanggengan. 9.arum dan perlengkapannya sebagai lambang alat pembuat pakaian, maksudnya sebagai bekal untuk membuat pakaian jika sewaktu pakaiannya rusak. Source : 1 , 2

Jawa

Upacara Kematian Adat Jawa Pati tansah dadi salah sawijining momen sing paling sedhih ing saben perjalanan urip manungsa. Ora ana cara siji-sijine sing bisa ditindakake dening manungsa kanggo ngindhari wektu sing dianggep paling sedhih iki. Umume, yen kulawarga utawa sanak keluarga mati, biasane cukup mung ndedonga lan banjur dikubur. Nanging, sawetara suku ing Indonesia duwe cara, langkah, ritual, lan adat sing ditindakake nalika kulawarga / kerabat cedhak mati. Wong Jawa asale saka provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, lan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabeh aspek uripe wong Jawa ora tau uwal saka adat istiadat sing wis diprecaya wiwit biyen.Masyarakat Jawa mujudake masyarakat kang nduweni populasi paling akeh ing Indonesia. Jumlahe meh setengah saka populasi holistik sing manggon ing Indonesia. Tiyang Jawi kondhang gadhah kabudayan ingkang kenthel sanget. Nganti jaman globalisasi saiki, adat istiadat isih asring ditindakake lan ditaati dening masyarakat. Adat istiadat suku Jawa meh ana ing saben wayah uripe manungsa. Wiwit lair, ulang taun, nikah, nganti mati, ana adat. Adat iki mujudake kabudayan lan norma-norma sing wis diwarisake turun-temurun dening akeh masyarakat Jawa. Malah ing masyarakat sektarian ana perlu kanggo nindakake.Kabeh usaha bakal ditindakake supaya bisa nindakake adat iki. Akeh-akehe adat istiadat sing ana asale saka kapercayan para leluhur sadurunge saka masyarakat Jawa lan ora asale saka agama, mligine agama Islam minangka agama kang akeh dianut dening masyarakat Jawa. Ritual Kematian Adat Jawa Ing pangertosan tiyang Jawi, bilih gesangipun tiyang ingkang sampun tilar donya dumugi wekdal tartamtu taksih wonten ing sakiwa tengenipun kulawarga. Nalika salah sawijine suku Jawa seda, ritual tradhisi kasebut ora bisa dipisahake kanthi ngiringi. Ritual menika gadhah ancas supados tiyang ingkang tilar donya saged pikantuk loka ingkang sae wonten ing akhirat. Mula kita kerep krungu istilah slametan sing ditindakake kanggo wong sing wis seda. Ora mung Suku Toraja sing duwe ritual pati Jawa, uga ana ritual pati. Nalika salah sawijine suku Jawa seda, ritual tradhisi kasebut ora bisa dipisahake kanthi ngiringi. Ritual menika gadhah ancas supados tiyang ingkang tilar donya saged pikantuk loka ingkang sae wonten ing akhirat. 1. Kabar Mesthi, langkah pisanan sing bakal ditindakake nalika ngerti yen kulawarga / sanak-sedulur wis seda yaiku nyritakake kabar sedih marang tanggane, sedulur, kulawarga sing paling cedhak. Mayit sing nembe seda langsung dilebokake turu longitudinal, nggegirisi, lan madhep munggah. Salajengipun mayit dipuntutupi kain bathik ingkang enggal.Sikile kandhang kang dilebokake mayit kudu disiram banyu, tegese kandhang ora kena semut utawa kewan cilik liyane. Kranjang minangka dhasar kanggo nglebokake mayit kudu dilapisi kunir kenthel kanggo nyegah kewan-kewan cilik ngempet mayit. Sing pungkasan yaiku ngobong menyan wangi utawa satus kanggo ngilangi bau sing ora enak. Sesarengan kaliyan ingkang kasebat wonten ing nginggil, saperangan tiyang ingkang caket dipuntugasi nimbali modin saha wara-wara seda dhateng sanak kadang saha tangga tepalih. Pelaporan uga ditindakake kanthi bantuan pengeras suara saka masjid cedhak. Sawise kabar kasebut nyebar, wong-wong sing krungu bakal nyoba enggal teka ing papan kanggo mbantu nyiyapake pemakaman. 2. Upacara Eksplorasi Tanah (Geblag) Upacara ngesur tanah yaiku upacara sing dianakake nalika ana wong mati. Upacara iki dianakake ing wayah awan sawise dikubur. Istilah sur land utawa ngesur land tegese nggeser lemah (gawe bolongan kanggo ngubur mayit). Tegesipun Sur Tanah inggih menika mindhah alam fana dhateng alam akhirat lan wadag ingkang asalipun saking siti badhe wangsul malih dhateng siti.Bahan-bahan sing digunakake kanggo slametan yaiku: Nasi gurih (sekul wuduk) Ingkung (whole cooked chicken) Urap (gudhangan karo aksesoris) Cabe abang kabeh Krupuk rambak Kacang kedelai ireng Bawang sing wis dikupas Kembang jati Uyah sing wis diuleg Tumpeng sing dibelah lan dilebokake mburi (tumpeng ungkur-ungkuran) 3. Upacara mboseni Saderengipun mayit dipunkirim wonten ing makam, dipuntindakaken upacara ingkang dipunsebat “upacara brobosan”. Upacara brobosan menika gadhah ancas kangge ngurmati sederek dhateng tiyang sepuh utawi sederek (mayit) ingkang sampun seda. Upacara brobosan dianakake ing plataran wong sing tilar donya sadurunge dikubur lan dipimpin dening anggota kulawarga sing paling tuwa. Ananging sakderengipun upacara menika dipunwiwiti kanthi sambutan saha bela sungkawa dening saperangan pejabat desa. Lan kabeh sing ana ing papan kasebut kudu ngadeg nganti awak dikirim. Upacara brobosan dianakake kanthi cara: 1. Peti mati digawa menyang plataran omah lan diunggahake sawise upacara donga kematian. 2. Putra mbarep, putri, putu lan putu wadon, mlaku-mlaku berturut-turut ngliwati peti mati ing dhuwur (mrobos) kaping telu arah jarum jam.3. Urutan tansah diwiwiti karo putra pambarep lan kulawarga nuklir luwih dhisik; bocah enom lan kulawargane ngetutake mburi. Sawisé iku, jenazah dikirim karo peti mati sing diunggahake dening anak-anake sing wis diwasa bebarengan karo anggota kulawarga lanang liyane, nalika ana wong sing nyekel payung kanggo ngiyubi bagean sing ana sirah mayit. Pesen kanggo lelungan menyang kuburan uga diatur. Ingkang wonten ing baris ngajeng inggih menika panyebur sawur (isinipun sega kuning saha arta), lajeng panyebar kembang saha panyuguh sekar, kendhi, foto layon, peti, lajeng wonten ing wingkingipun wonten kulawarga saha sanak kadang ingkang ugi ngaturaken. Nanging, ing kapercayan wong Jawa, wong wadon ora diijini mlebu ing kuburan. Dadi mung bisa ngirim menyang ngarep lawang kuburan. Lan sing mlebu mung wong lanang tanpa sepatu. 4. Upacara Nelung Dina (Telung Dina) Upacara iki minangka upacara kematian sing dianakake kanggo mengeti telung dina seda. Pengetan iki ditindakake kanthi slametan kanthi ngundang sederek lan tangga teparo.Bahan kanggo slametan biasane kalebu: * Takir pontang sing isine sega putih lan sega kuning, dilengkapi sudi-sudi sing isine tauge, kacang panjang sing diiris, bawang merah diiris, uyah digiling (ditumbuk), jajan apem putih, dhuwit, gantal loro. * Nasi asah telu tampah, daging sapi goreng, lawuh garing, saos santen, sereh sayur, jenang abang. 5. Upacara Mitung Dina (Seven Days) Upacara iki kanggo mèngeti pitung dina sédané wong. Bahan-bahan sing digunakake kanggo slametan biasane kalebu: *Kue Apem karo dhuwit recehan, ketan, kompote (kabeh ing siji tray) *Sega asah telu tampah, daging goreng, pindang abang dicampur kacang panjang sing ditaleni cilik-cilik, lan daging jeroan dilebokake ing wadhah sing bentuke kerucut (conthong), uga pindang putih. 6. Upacara Kedewasaan (Patang puluh Dina) Upacara iki kanggo mengeti patang puluh dina seda. Biasane pengetan ditindakake kanthi slametan. Bahan kanggo slametan biasane padha karo slametan nalika mengeti pitung dina seda, nanging ana tambahan kaya ing ngisor iki: 1. Sekul wuduk 2. Ingkung 3. Kedhele ireng 4. Cabe abang wutuh 5. Kulit rambak 6. Bawang merah sing wis dikupas 7.uyah 8. Kembang setaman 7. Upacara Nyatus (Seratus Dina) Upacara iki kanggo mengeti 100 taun seda wong. Tata cara lan bahan kang digunakake kanggo mengeti sedasa seda iku dhasare padha karo nalika mengeti patang puluh dina.7 8. Upacara Mendhak Pisan (Tahun Pertama) Upacara mendhak pisan yaiku upacara sing dianakake nalika wong mati ing taun kapisan. Tata cara lan bahan kang digunakake kanggo pengetan sedasa sedasa kuwi dhasare padha karo nalika mahargya dina sedasa. 9. Upacara Mendhak Pindho (Tahun II) Upacara Mendhak pindho yaiku upacara pungkasan kanggo mengeti seda wong. Tata cara lan bahan kang digunakake kanggo pengetan sedasa seda iku dhasare padha karo nalika nindakake pengetan mendhak pisan. 10. Upacara Mendhak Katelu (Sewu Dina) Iki minangka peringatan sewu dina kanggo wong mati. Pengetan dipuntindakaken kanthi ngawontenaken slametan ingkang dipunwontenaken ing wayah dalu.Bahan ingkang dipunginakaken kangge slametan sami kaliyan bahan ingkang dipunginakaken kangge pengetan patang dasa dinten katambah: * daging wedhus / wedhus lendhut. Saderengipun teles, wedhusipun dipun siram kembang setaman, wulunipun dipun kumbah, dipun tutupi mori ambanipun saputangan, dipun paringi karangan kembang ingkang sampun dipun tumpeng, dipun paringi godhong sirih.Esuke wedhus-wedhus mau padha kaiket ing sikile lan dituroni ing lemah. Awake wedhus kabeh dipola nganggo pucuk piso. Iki dimaksudake kanggo ngirim tunggangan kanggo jiwa sing wis mati supaya bisa cepet tekan swarga. Sawise iku, wedhus disembelih banjur dimasak lendhut. * Sepasang manuk dara dikurung lan diparingi tata kembang. Sawise donga, manuk dara diuculake lan diterbangake. Tujuwan saka pranatan iki uga kanggo ngirim gunung kanggo nyawa supaya bisa cepet bali menyang Gusti Allah. ing kahanan resik, resik, ora kabotan. *Penawaran, awujud tikar bangka, benang lawe patang puluh, jodhog, clupak isi lenga klapa lan uceng-uceng (sumbu lampu), lenga klapa siji botol, sisir, serit, cepuk isi lenga lawas, kaca/pangilon. , kapuk, menyan , set pisang pisang, set gula klapa, klapa wutuh siji, beras takir siji, sirih karo bahan kanggo sirih, boreh kembang. Kabeh diselehake ing winnows lan diselehake ing panggonan kang wong ngrayakake kanggo ndedonga. 11. Gobis (Kol Kolan) Kubis minangka peringatan sing digawe kanggo wong sing wis seda sawise sewu dina. Ngekoli dianakake pas setahun sawise nyewu. Wektu pengetan iki kudu pas karo dina lan sasi seda. Ngekoli digawe kenduri kanthi bahan kenduri: kue apem, ketan, lan kolak. Kabeh dilebokake ing siji baris.Pisang tangkep siji, dhuwit “wajib”, lan menyan. 12.Nyadran Nyadran iku dina kanggo ziarah kuburane leluhur/sanak sedherek ingkang rumiyin. Nyadran iki ditindakake ing sasi Ruwah utawa pas wektune sadurunge pasa kanggo umat Islam. 13. Simbol lan Makna kang kinandhut sajrone Upacara 1. Sega golong melambangkan tekad manunggal utawa istilah Jawa “tekad kang gumolong dadi sawiji”. Wonten ing bab pejah, tiyang ingkang tilar donya lan kulawarga ingkang dipun tilar menika gadhah ancas ingkang sami, inggih menika swarga. 2. Sega asahan utawa ambengan nglambangake niyat supaya arwahe wong mati lan kulawargane sing isih urip besuk ana ing “Pangeran nyuling”, tegese tansah angsal pangapura tumrap sakabehing dosa lan ditampa ing sisihe. 3. Tumpeng/nasi gunungan nglambangaken tujuan utawi tujuan ingkang luhur (gegayuhan kang luhung), kadosta gunung ingkang sipatipun ageng lan pucukipun ingkang luhur. Kajawi punika ugi adhedhasar kapitadosan masarakat, bilih ing papan ingkang inggil inggih punika panggenanipun Gusti Ingkang Maha Kuwaos, pungkasanipun roh manungsa badhe tindak mrana. 4. Tumpeng pungkur nglambangake pepisahan antarane wong mati lan wong urip, amarga roh wong mati bakal ana ing alam liya nalika wong urip isih ana ing jagad rame iki. 5. Sega wuduk lan lawuh/bumbu seger iku kanggo nglipur arwahe para leluhur. 6.Ingkung ayam nglambangake pasrah utawa pasrah marang kuwasane Gusti. Istilah ingkung utawa diingkung nduweni teges "banda" utawa dibelenggu. 7. Kembang rasul utawa kembang telon nglambangake wangi donga sing dibuwang saka ati sing ikhlas lan batin. Kajaba iku, ambune kudu nduweni teges kamulyan. 8. Bubur abang lan bubur putih nglambangake keberanian lan kesucian. Kajaba iku, bubur abang kanggo bagal utawa tandha bekti marang roh rama utawa roh lanang lan bubur putih minangka tandha bekti marang roh ibu utawa roh wadon. Ingkang jangkep, punika minangka pratandha bekti dhateng ingkang murbeng bumi utawi ingkang nguwasani kayangan lan bumi, ingkang kasengkuyung kanthi pangajeng-ajeng mugi-mugi saged paring berkah, dhumateng ingkang sampun pejah lan ingkang gesang. 9. Tukon pasar kanggo pakurmatan "dinten pitu pekenan gangsal" utawa dina lan pasar kanthi pangarep-arep supaya kabeh tumindak lan lakune roh wong mati lan wong urip menyang kabeh arah kompas tansah slamet tanpa alangan. . Kajawi punika mugi-mugi panjenengan pikantuk berkahipun ing dinten ingkang dipun lampahi kawilujengan, tuladhanipun malem Kemis, Rebo Wage lan sanes-sanesipun. 1. Wajib minangka pralambang niyat ngaturaken panuwun dhumateng warga ingkang sampun “ngujubake” ngandharaken ancasipun kawilujengan, ugi matur nuwun dhumateng sedaya pihak ingkang dipun tuju, mugi-mugi sedayanipun saged kawujud.2. Sega punar utawa sega kuning nglambangake kamulyan, amarga werna kuning utawa cahya nglambangake sipat kamulyan. Uga dimaksudaké minangka pésta mulya kanggo wong sing dialem. 3.Apem nglambangake payung lan tameng, lan nduweni tujuwan supaya lakune arwahe wong kang wis mati lan wong urip tansah bisa ngadhepi tantangan lan sakehing gangguan amarga pangayomane kang maha kuwasa lan para leluhure. 4. Ketan inggih menika salah satunggaling panganan ingkang dipundamel saking sekul ingkang gadhah sipat “partikel” utawi ketan. Saka tembung pliket utawa ketan, ke-raket nglambangake kahanan utawa tujuan sing ora luntur utawa layu, tegese ora ngerti putus asa. 5. Kolak minangka pralambang sajian ombèn-ombèn kang seger utawa kanggo “nyegeraké” minangka panyerepan dahaga. Kajawi punika ugi nglambangaken kawontenan utawi tujuan ingkang boten luntur utawi layu, tegesipun boten ngertos putus asa. 6. Wedhus, dara lan bebek nglambangake kendaraan sing bakal ditunggangi roh wong mati. 7. Bahan sajian liyane kayata tikar, benang lawe, jodog, sentir, clupak, lenga klentik, sisir, minyak wangi, pangilon, kapas, gedhang, beras, gula, klapa, jarum lan sapanunggalane kang lumrahe ana ing sewu dina kawilujengan. mujudake pralambang saka sakabehing praboting urip manungsa padinan, lan kabeh mau minangka bekal kanggo roh wong kang wis mati urip ing akhirat.14.Simbol utawa Makna Uba Rampe 1. Benang lawe inggih menika benang pethak minangka pralambang tali ingkang suci minangka pengikat utawi tali penghubung antawisipun kulawarga ingkang tilar donya kaliyan ingkang sampun tebih. 2.Jodog lan sentir mujudake pralambang pepadhang, tegese roh wong mati mesthi oleh pepadhang. 3.Clupak diisi lenga lan sumbu nglambangake obor ing dalan lan semangat sing dhuwur. 4. Lenga klentik 1 botol minangka pralambang bekal yen sawayah-wayah entek utawa mati lampu. Amarga pakulinan wong Jawa kuna sing nggunakake lenga lampu ora saka minyak tanah kaya saiki, nanging nganggo lenga klapa utawa lenga klentik. 5. Sisir, wewangian lan pangilon nglambangake piranti make-up utawa kanggo “make up”/dekorasi, supaya rapi lan wangi, yen wanita kaya bidadari, yen wong lanang kaya satriya sing ayu. 6. Katun biasa minangka dhasar utawa isi bantal nglambangake bantal suci. 7. Pisang raja minangka pralambang sesaji marang kang maha kuwasa uga woh seger. 8. Beras, gula klapa nglambangake panganan bebarengan karo lawuh lan bumbu, minangka bekal urip ing alam langgeng. 9. arum lan pirantine minangka pralambang piranti gawe sandhangan, tegese minangka pranata gawe sandhangan yen sandhangane rusak. Sumber: 1, 2

TerjemahanSunda.com | Bagaimana cara menggunakan terjemahan teks Indonesia-Jawa?

Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"


Kebijakan Privasi

Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)