Naskah Drama Ramayana (Rama-Shinta) June 26, 2014 Ini yah admin mau pos contoh naskah drama Ramayana dengan sedikit perubahan dari para pemikir hebat Chicago... >,<. Cekidot... Kisah ini bercerita tentang kesucian cinta Rama dan Shinta. Dimulai dari sayembara yang diselenggarakan oleh Raja Janaka dari Kerajaan Wideha. Di mana pada sayembara itu, Rama berhasil memenangkan sayembara dan mendapatkan Shinta.Rama adalah seorang raja dari Ayodya yang berbudi pekerti luhur, jujur, peduli , tegas, dan setia. Wajahnya begitu tampan dan mengkilap, sehingga mudah baginya untuk menarik hati semua wanita di dunia. Betapa beruntungnya seorang putri cantik bernama Shinta . Dia adalah satu-satunya wanita dicintai oleh Rama dan menjadi istri Rama. Shinta adalah seorang wanita yang cantik, lembut, dan sangat perhatian. Rama dan Shinta hidup bahagia. Semua hari penuh dengan canda, tawa, dan cinta, bisa membuat semua orang merasa cemburu dengan keluarga ini. Bahkan, ada seorang wanita yang sangat cemburu dengan Shinta . Dia adalah Sarpakenaka . Sarpakenaka adalah putri dari MakLemper, seorang penyihir dari negara Alengka, sekaligus adik dari Rahwana atau Dasamuka, raja Alengka. Meskipun Rama dan Shinta telah menikah, Sarpakenaka terus memaksa dan ingin mendapatkan Rama sebagai suaminya. Sarpakenaka percaya bahwa Rama harus menjadi miliknya, ia yakin bahwa jodoh Rama adalah dirinya, bukanlah Shinta. Selain itu, ada juga seorang pria yang membenci pernikahan Rama dan Shinta. Dia adalah Rahwana, kakak Sarpakenaka. Ia membenci pasangan itu tidak lain karena ia jatuh hati kepada Shinta. Dari penjelasan di atas , kisah cinta persegi antara Rama, Shinta, Sarpakenaka, dan Rahwana akan dimulai.Sekarang , mari kita check it out this love story! ... (Suara Gendhing Jawa) Alkisah pada suatu hari, Rama diutus oleh Prabu Desarata untuk bertapa di hutan Dandaka. Ia ditemani oleh istrinya yaitu Shinta dan adiknya Laksmana. Mereka bersama-sama pergi ke hutan Dandaka untuk melaksanakan amanah dari Prabu Desarata. Siang itu, setelah berjalan begitu jauh dari Ayodya, akhirnya mereka sampai di hutan Dandaka. Rama : “Dinda, sepertinya kita sudah sampai, apa dinda capek?” Shinta : “Tidak kakanda, selama aku ada disampingmu aku tidak akan pernah merasa capek” Rama : “Ah…! Dinda ini bisa aja! Aku jadi tersandung...” Shinta : “Lho… Kok tersandung Kakanda?” Rama : “Eh… tersanjung maksudku, Dinda!” Shinta : “Oh… Tersanjung! Aku kira kakanda tersinggung dengan perkataanku...” Rama : “Ya tidaklah istriku, kata-katamu itu…! Hem… Begitu indah dan sangat menyejukkan jiwaku.” Shinta : “Ah…Kanda !” (memukul Rama lembut) Rama : “Aduh, Dinda…! Dari tadi kok kita asyik menyanjung – nyanjung diri sendiri, sampai–sampai kita lupa kalau kita ditemani adik kita tercinta.” (menengok Laksmana yang ada di dekat mereka) Shinta : “Oh iya! Sini adikku, kenapa masih disitu?” (menghampiri Laksmana) “Maaf ya Dik Laksmana, bukan maksud kami anu... Anu...”(belum selesai ngomong kemudian dipotong oleh Laksmana) Laksmana : “Sudahlah Kak Shinta, tidak apa–apa! Lagi pula aku juga senang melihat keakraban Kak Rama dan Kak Shinta.” Shinta : “Kamu memang adik yang baik laksmana. Kanda sangat beruntung punya adik sebaik dik Laksmana!” (menengok ke arah Rama) Rama : “Betul Dinda! Laksmana memang adik yang sangat baik.”(menepuk pundak Laksmana) Laksmana : “Sudahlah, Kak Shinta dan Kak Rama tidak usah memuji aku terus. Nanti keterusan sampai malam dan akhirnya kita tidak punya tempat untuk istirahat. Ehm … !! Kak, bagaimana kalau kita mendirikan tenda disini saja. Sepertinya disini tempatnya sangat teduh dan lapang.” Rama : “Ya!” (mengangguk–anggukkan kepalanya) “Bagaimana menurut Dinda?” Shinta : “Iya Kanda, lebih baik kita mendirikan tenda disini saja.” Rama : “Baik! kalau begitu kita mendirikan tenda disini! Dik Laksmana, tolong ambilkan tendanya di tas !” (lalu mendirikan tenda bersama Laksmana dan Shinta membuatkan minum untuk Rama dan Laksmana) Shinta : “Kakanda, Kakanda pasti capek. Ini diminum dulu airnya, supaya capeknya hilang.” (mengusap dahi Rama dengan selendang)“Adik Laksmana juga, istirahat dulu! Nanti diteruskan lagi, ini diminum airnya.” Laksmana : “Iya .. Kak shinta! Sebentar lagi, nanggung … !”(masih sibuk membenarkan tenda) Rama : “Sudahlah, Dik! Benar apa yang dikatakan kakakmu Shinta, istirahat dulu nanti diteruskan!” Laksmana : “Ya sudaaah… Aku istirahat...” (menghentikan pekerjaannya lalu duduk di dekat Rama dan meminum minumannya) Di saat yang sama tetapi di tempat yang berbeda, Sarpakenaka, Rahwana, dan Mak Lemper sedang mengamati keromantisan Rama Shinta dari bola kristal. Mereka mengamati dengan penuh rasa sakit. Sakit teramat sakit melihat kemesraan pasangan suami istri itu. Sarpakenaka : "Huh... Ini tidak adil!! Mengapa hal itu harus terjadi padaku? Aku tidak suka melihat mereka bahagia. Karena Rama harus suamiku... Huhuhu... Simbok!!" (menangis) MakLemper : "Keep silent, sayang... Tenang..." Sarpakenaka : "Ya Tuhan .. Simbok, lihatlah mereka, mereka terlihat begitu dekat, aku tidak tahan melihatnya. Hatiku merasa seperti diiris pisau tajam, huhuhu ... Ini perih!" (masih menangis) MakLemper : "Tarik nafas... Hembuskan... Jangan khawatir... Simbok akan membantu..." Sarpakenaka : (meratap menangis) "Kanda Rahwana! Apa yang harus kita lakukan? Mengapa Kanda tidak mengatakan apa-apa? Bukankah Kanda juga mencintai Shinta? Mengapa Kanda membiarkan mereka, ha? Mengapaaa!?" (dramatis bin alay) Rahwana : "Kau begitu berisik!! Aku diam bukan berarti akutak peduli!Aku sedang berpikir! Aku tak sepertimu yang bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu!!Dasar bocah Alay!!" Sarpakenaka : "Sungguh, teganya dirimu padaku. Bagaimana bisa kau menghinaku seperti ini." MakLemper : "Hey! Hey! Hey! Jangan bertengkar!! Dengarkan aku, Sarpakenaka, Kandamu benar. Kita perlu strategi untuk memisahkan Rama dan Shinta, jadi tenanglah dahululalu berpikirlah apa yang harus kita lakukan..." Sarpakenaka : "Oke, mbok..." (terdiam sejenak untuk berpikir) MakLemper : " Yeeiiii... Aku mendapatkan ide!!" Sarpakenaka+Rahwana : "Opo idene?" Mak lemper : "Ok, sini aku kasih tau. Shinta itu salah satu gadis yang mudah tertarik dengan hal-hal menarik. Seperti kijang emas. Jadi, Rahwana... Panggil abdimu dan bawa ke sini biar ia ku jadikan kijang untuk menarik perhatian Shinta. Dan Shinta akan menyuruh Rama untuk memburunya..." Rahwana : “Wah benar juga. Lalu, Rama dan Laksmana akan meninggalkan Shinta kan, simbok? Dan aku bisa menculik Shinta dan memboyongnya ke Alengka...” MakLemper : “Tumben elo pinter.” Sarpakenaka : "Bagaimana denganku, mbok?Apakah kau hanya memikirkan nasib Kanda Rahwana?" (memelas kepada MakLemper) MakLemper : "Gadis Bodoh . Aku sedang berpikir tentang kau!!” (terdiam sejenak) “Nah jadi begini saja...” Sarpakenaka : "Pripun mbok? Apakah kau akan mengubahku menjadi Shinta atau apa?” MakLemper : "Pandai. Setelah Shinta diambil oleh Rahwana, aku akan mengubahmu menjadi Shinta dan kamu akan hidup selamanya dengan Rama..." Sarpakenaka : "Benarkah?? Terima kasih banyak simbokku tercinta... (Sarpakenaka mencium pipi ibunya) Rahwana : "Baguslah... Kalau begitu aku akan segera memanggil abdi kepercayaanku." (mengambil HP, mencoba menelpon, SMS) “Ehm, simbok,ada sedikit masalah... Aku sudah menghubunginya lewat SMS, BBM, facebook, twitter. Tapi, dia tak menjawab...” MakLemper : "Apakah kau sudah memanggilnya melalui telepon?" Rahwana : "Belum. Ini karena aku tak punya pulsa, hehe... Aku kan raja yang kere..." Sarpakenaka : "Ckkk .... Bilang saja kau ingin ku kirimi pulsa. Memalukan!! Bagaimana bisa seorang raja Alengka, pulsa saja tidak punya. Bagaimana kau menghidupi rakyatmu kelak?" Rahwana : "Itu bukan memalukan. Itu namanya hemat uang, Nduk.” (mengelus kepala Sarpakenaka) Sarpakenaka : “Ya sudah, aku mau manicure pedicure bersama artis Hollywood di Los Angeles. Nanti setelah Rahwana menculik Shinta, panggil aku agar aku ke sini...” (Sarpakenaka meninggalkan Rahwana dan Mak Lemper) Seusai Sarpakenaka meninggalkan Rahwana dan Mak Lemper, mereka masih menunggu datangnya abdi Rahwana hingga lumutan. Akhirnya, setelah lima jam menunggu, tiga abdi Rahwana datang, mereka bernama Maricha, Bharata, dan Angkara. Rahwana : “Beraninya kau membuat kita menunggu untuk waktu yang lama.Kau ingin dikutuk menjadi batu?? Heh?" (menempeleng kepala abdinya) Maricha : "Maafkan kelancangan kami, Yang Mulia. Ini salahku. Internetnya tidak terhubung, sehingga hamba tidak bisa berselancar di Facebook dan Twitter. Rahwana : "Ah , kau bicara terlalu banyak. By the way, aku punya tugas besar untukmu, datang ke sini..." (Rahwana membisikkan sesuatu pada abdi-abdinya) Bharata : "Hamba siap untuk melakukan perintah Anda, Yang Mulia. Hamba tidak akan membuat Anda kecewa.” MakLemper : "Baik. Sekarang, berdiri di sana dan pegang tongkat kayu ini, aku akan mengubahmu menjadi kijang emas, Maricha. Dan kau, Bharata dan Angkara, ku ubah kau menjadi kijang hitam sebaga pengiring Maricha. Apakah kau siap?" (bersiap memantrai abdi) Angkara : “Lha kata Yang Mulia Rahwana tadi, kami disuruh menarik perhatian Shinta. Kok malah jadi kijang? Maksudnya bagaimana?” MakLemper : “Begini, setelah kalian nanti aku ubah menjadi kijang, aku perintahkan kalian untuk menarik perhatian Shinta dengan tarian kijang!” Maricha : “Terus setelah hamba menari, apa yang harus hamba lakukan Baginda?” Rahwana : “Aduh…! Begok banget sih. Katrok–katrok! Setelah kamu menari dan kamu melihat mereka sudah tertarik untuk memburu kamu. Kamu langsung lari saja supaya Rama dan Laksmana lari mengejar kamu dan akhirnya Shinta ditinggal sendirian. Nah… Setelah itu aku bisa membawa lari Shinta! Paham?” Angkara : “Kami paham, Baginda...” Bharata : “Ibunda Ratu Mak Lemper... Kami sudah siap untuk kau ubah...” MakLemper : "Hopla. Beri aku A , Beri aku B , Beri aku C , ABC .... Ambil perubahan!” Mak Lemper mengucap mantranya dan mulai mengubah ketiga abdi itu. Dalam sekejap, Angkara,Bharata, dan Maricha berubah menjadi tiga ekor kijang. Usai itu, ketiga kijang tadi segera berlarin menuju peristirahatan Rama Shinta di hutan Dandaka dan segera menjalankan misinya. Mereka menaritarian kijang dengan lincah dan menarik perhatian Shinta. Shinta : “Kanda, dik Laksmana, lihat! Kijang-kijang itu cantik sekali!!” (menunjuk kijang-kijang yang menari) Rama : “Iya Dinda, betapa indahnya gerakan mereka!” Laksmana : “Iya Kak, kijang-kijang itu lucu sekali!” Shinta : “Kanda, lihat! Ada kijang yang bertanduk emas, aku ingin sekali kijang emas itu, Kanda! Kanda mau kan menangkap kijang itu untukku?” Rama : “Apa kamu sangat menginginkannya, istriku ?” Shinta : “Iya kanda ! kanda mau kan menangkapnya untukku?” (sangat berharap ) Rama : “Baiklah, demi kau istriku yang sangat aku sayangi dan aku cintai, aku akan memburu kijang emas itu untukmu” (menyiapkan perlengkapan untuk memburu) “Dan kamu adikku, tolong jaga kakakmu, Shinta, selama kakak pergi memburu kijang itu. Karena aku takut nanti Rahwana tiba-tiba datang dan membawa pergi Shinta.” Laksmana : “Iya kak! Saya mengerti , tenang saja kak aku akan menjaga kak shinta sampai titik darah penghabisan.” ( sambil mengepalkan tangan keatas ) Rama : “Baiklah adikku, aku percaya kepadamu, pokoknya jangan kemana-mana sampai nanti aku kembali.” Shinta : “Hati-hati ya kanda .. ! aku yakin kanda pasti akan segera kembali dengan membawa kijang emas itu untukku” ( sambil mencium tangan rama ) “Kanda, aku sangat mencintaimu” ( sambil memegangi tangan Rama ) Rama : “Aku juga sangat mencintaimu dinda !”( mengusap rambut sinta ) “Ya sudah , aku berangkat sekarang, nanti keburu kijangnya kabur .” “Jaga kakakmu yah!” (menepuk pundak Laksmana lalu pergi) Laksmana : “Iya kak, percaya sama saya. TiTi DJ kak !”( sambil melambaikan tangan) Setelah Rama pergi, Shinta dan Laksmana membereskan barang-barang ke dalam tenda. Di balik pohon beringin, Rahwana tetap mengintai dengan bola kristal hasil ngutang dari Mak Lemper. Ia bingung memikirkan Laksmana yang tidak ikut memburu kijang emas itu. Rahwana : “Aduhhh…. ! bagaimana ini Durya, kenapa Laksmana tidak ikut memburu kijang. Padahal bayanganku Laksmana ikut mengejar kijang emas itu. Nah … ! Sekarang bagaimana supaya Laksmana terpisah dengan Shinta ? (menengok Durya yang diam saja) Durya … ! kamu kok diam saja, bantu aku mikir donk !” Durya : “Hamba diam ini juga lagi mikir baginda! Sambil searching, mumpung ada wi-fi” Rahwana :“Oo..! ya sudah sekarang kita pikirkan bersama.” Lima, sepuluh, lima belas, bahkan dua puluh menit lamanya mereka memikirkan cara untuk menyingkirkan Laksmana dari sisi Shinta. Ide-ide bodoh muncul di pikiran mereka, tetapi Laksmana pasti bisa mengatasi ide-ide itu. Mereka terus berpikir keras dan memeras otak untuk menemukan cara terjitu untuk menjalankan misi ini. Durya : “Nah! Ketemu!” Rahwana : “Hus … ! jangan teriak-teriak, nanti mereka dengar!” Durya : “Maaf baginda ! kelepasan baginda , hamba sudah menemukan caranya.” Rahwana : “Iya , bagaimana ?” Durya : “Begini baginda” ( sambil berbisik ) Rahwana : “Bagus ! ide kamu bagus sekali, ternyata kamu pintar juga Durya ?” Durya : “Iya dong baginda! Hamba kan lulusan S2 SMP N 1 Godean! Di sana muridnya pinter-pinter! Gurunya asik lagi! Makanya, sekolah di Negsago!” Rahwana : “Ciyus? sama dong kaya’ aku !” Durya : “wah … sama dong kita baginda ?” Rahwana : “Heh , enak aja lho mau nyamakan aku dengan kamu, sudah sudah kok malah bercanda ( serunya dengan keras ) sekarang aku akan merubah suaraku menjadi suara rama. Hem … Shinta ! kau pasti akan jadi milikku!”(serunya dengan yakin) Setelah Shinta dan Laksamana selesai membereskan barang-barang mereka yang ada di dalam tenda, mereka mulai beristirahat. Tapi, tiba-tiba mereka mendengar jeritan Rama. Rama seakan minta tolong. Apakah yang terjadi? Pikirkanlah hal itu… Rahwana : “Tolong! Tolong! dik laksmana tolong aku!”(teriaknya dengan suara menyerupai rama, sembunyi di balik pohon) “Hihihi… Durya… Pasti ini berhasil…” (lirih) Shinta : “Dik laksmana ! apa kamu mendengar sesuatu ?” Laksmana : “iya kak ! itu kak Rama, bahkan teriakan itu memanggil namaku. aku yakin itu kak Rama ! kak rama butuh bantuan, aku harus menolongnya” ( ucapnya dengan nada khawatir ) Shinta : “iya dik! kamu pergi saja menolong kakanda sekarang biar aku disini saja menjaga barang-barang kita” Laksmana : “Tapi kak, aku sudah berjanji pada kak rama untuk menjaga kak shinta” Shinta : “Tidak apa-apa dik ! sekarang kakanda membutuhkan bantuan dik laksmana. Dik laksmana tenang saja. Aku disini baik-baik saja !” Laksmana : “Baik aku akan menolong kak rama. Tapi aku akan membuatkan perlindungan dulu untuk kak shinta (Laksmana membuat lingkaran sakti yang akan menjaga Shinta dari apapun) Laksmana : “Kak shinta , tolong sekarang kakak masuk dalam bundaran ini !” Shinta : “Ini apa dik ?”( sambil masuk kedalam bundaran sakti ) “kok dik laksmana malah ngajak main ?” Laksmana : “Houm …… !” (membaca mantra) “hap! Nah sekarang bundaran ini sudah menjadi bundaran sakti” Shinta : “Bundaran Sakti ?” Laksmana : “Iya , bundaran sakti ini tidak bisa ditembus atau dimasuki oleh siapapun, jadi kak shinta tidak akan bisa disentuh oleh siapapun. Tapi kalau kak shinta keluar, kak shinta tidak akan bisa masuk lagi kedalam bundaran ini.” Shinta : “Baiklah kalau begitu! sekarang kamu sudah bisa tenang kan meninggalkan aku?” Laksmana : “Iya kak, tapi kak shinta harus janji tidak akan keluar dari bundaran sakti ini. Sampai aku dan kak rama kembali !” Shinta : “Iya, kak sinta janji, sekarang kamu berangkat selamatkan kak Rama ya ?” Laksmana : “Baik, aku berangkat! Doakan ya kak! aku akan segera kembali” ( pamit dengan membawa seperangkat alat memanah ) Laksmana segera melesat secepat angin menyusul Kakaknya, Rama. Sedangkan Rahwana yang sudah berhasil dalam mengusir Laksmana masih tetap bingung. Ya, dia bingung akan bagaimana caranya mengeluarkan Shinta dari lingkaran sakti itu lalu memboyongnya ke Alengka. Rahwana : “Aduh! Bagaimana ini? Aku kira setelah Laksmana pergi, aku langsung bisa membawa Shinta, tapi sekarang aku malah tidak bisa menyentuh Shinta sama sekali” ( sambil mondar-mandir dan mengepalkan tangannya ) “Durya, bagaimana ? Apa kamu tidak punya ide lagi?” Durya : “Mohon maaf baginda, sepertinya kali ini hamba benar-benar tidak tau bagaimana caranya mengambil Dewi Shinta dari bundaran sakti itu, karena hamba yakin tidak akan mampu menembusnya !” Rahwahna : “Ah, gimana sih kamu itu! katanya ngaku lulusan sekolah lor Pasar Godean itu, ada masalah gini aja bingung .” Durya : “Tapi baginda juga bingungkan?” Rahwana : “Jadi kamu ngledek aku? Iya?!” (membentak sambil menoyor kepala Durya) Durya : “Ampun Baginda! Hamba tidak bermaksud seperti itu!” Rahwana : “Ya sudah sekarang kita mikir lagi!” (terdiam sambil mondar mandir) Rahwana : “Nah! Aku sekarang punya ide!” Durya : “Bagaimana baginda?” ( mendekati rahwana ) Rahwana : “Begini....” ( sambil berbisik ) Durya : “siap baginda ! hamba siap melaksanakannya” Rahwana : “Tidak, kali ini biar aku yang melakukannya, biar nanti aku bisa langsung membawa shinta pergi ke Istanaku” Durya : “Oh … baik baginda !” ( sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ) Rahwana : “Tapi kamu tetap disini mengawasi, siapa tau Rama dan Laksmana nanti kembali. Dan kamu harus menghadangnya, apapun caranya !” Durya : “Siap baginda !” Rahwana : “Bagus. sekarang aku akan merubah wujudku menjadi seorang lelaki yang tua renta. Houm!” (membaca mantra, sementara itu Durya memasangkan aksesoris ke Rahwana) “Hap!” Kakek : “Bagus kan?? Baik, aku akan kesana dan kamu jaga disini, Durya !” Durya : “Keren, Baginda… Good luck baginda! Cemungutt eeaakk! Go Baginda Go!!” Akhirnya dengan penampilan yang sudah sangat meyakinkan dan mengesankan, Rahwana berjalan lemah mendekati Shinta. Ia yakin Shinta akan iba padanya dan keluar untuk mendekatinya. Usai itu? Pikirkanlah wahai pemirsa… Shinta : “Kakek , kenapa kakek ada ditengah hutan sendiri? Kakek kan sudah tua, kenapa tidak di rumah saja ?” Kakek : “Kakek sedang mencari makan cucuku ! sudah satu minggu kakek tidak makan dan tidak minum.”(kumisnya jatuh) Shinta : “Lho kek… ! kumisnya jatuh” Kakek : “Hah… mana ?”(meraba kumisnya kemudian mencarinya) Shinta : “Itu kek, ……” Kakek : “Ya… mungkin kumisku tidak pernah mendapatkan nutrisi saputra. Jadinya sampai rontok seperti ini !” (menempelkan kembali kumisnya) Shinta : “Kakek ini bisa saja … !” Kakek : “Iya cu….. ! aku yakin lama kelamaan semua rambut yang ada ditubuhku akan rontok semua karena tidak pernah aku beri makan” Shinta : “aduh kek … ! masa’ sampai begitu ?” ( ujarnya dengan sangat iba ) Kakek : “Iya cu ….! Tolong kakek cu … , berikan kakek sedikit makan dan minum agar kakek dapat bertahan hidup.” Shinta : “Tapi kek …..!” Kakek : “tolong cu ….! Kalau aku tidak makan aku yakin sebentar lagi aku akan mati.” Shinta : “Baik kek …! sekarang kakek tunggu disini dulu. Aku akan mengambilkan makanan dan minuman untuk kakek.” Kakek : “Terima kasih cu …. !kamu memang gadis yang baik, semoga Dewa membalas kebaikanmu.” (gaya memberkati orang Hindu) Shinta : “Terima kasih kek … ! sebentar ya kek … !” (keluar lingkaran, mengambil makanan di tenda) Shinta akhirnya keluar dari lingkaran sakti yang dibuat Laksmana. Ia berjalan memasuki tenda dan mengambil beberapa makanan di dalamnya. Dan… Apa yang terjadi? Apa? Apa? Ketika Shinta keluar dari dalam tenda, GUESS WHAT?!?! Si kakek tua sudah berubah menjadi si raksasa Rahwana yang gagah perkasa. Shinta sangat terkejut. Seketika semua makanan yang ia bawa dijatuhkannya. Rahwana : “Ha…ha…..ha…..ha…… !” Shinta : “Hah, Rahwana ! Jadi kamu ………” Rahwana : “Iya … ! aku adalah kakek tadi, lalu kijang dan suara minta tolong tadi semuanya adalah rekayasaku. Ha … ha… ha… !” Shinta : “Kamu sangat licik Rahwana. Sekarang kamu mau apa ?” Rahwana : “Aku mau kamu ikut dengan aku !” Shinta : “Tidak… ! aku tidak mau …!” Rahwana : “Tidak mau? Ya sudah , Hap…. !” Rahwana memantrai Shinta agar Shinta pingsan. Tap! Seusai Shinta pingsan, Rahwana segera memboyong Shinta ke Alengka. Membawanya pergi secepat angin dan menghilang di balik awan. Tepat setelah Rahwana memboyong Shinta ke Alengka, Mak Lemper dan Sarpakenaka sudah siap berada di TKP. Mereka sudah siap menjalankan misi selanjutnya. Menyamar. Mak Lemper : Hey Sarpakenaka kesini.... Sarpakenaka : Oh my to the God. Bentar Simbokk… (berjalan mendekat dengan alay) Simbok… Simbok… Simbok itu orang tercantik dan terpintar di dunia... Mak Lemper : Iya donk. Sekarang kamu akan aku jadikan Shinta, duduk kamu dilingkaran itu.... (Sarpakenaka mengangguk lalu duduk di dalam lingkaran) Mak Lemper berkomat-kamit mengucapkan mantranya. Dan dalam sekejap. Hongmilahom!! Sarpakenaka berubah menjadi secantik Shinta. Bahkan tak hanya secantik Shinta, tapi mirip seratus persen dengan Shinta. Dari atas sampai kaki tak ada yang berbeda. Mak Lemper : Sarpakenaka sekarang simbok tinggal dulu… Kamu disini… Sarpakenaka : Makasih Simbokku yang paling baik hati... (memeluk Mak Lemper) Rama, akhirnya kamu menjadi milik ku.. Selamanyaa… Mak Lemper : Ok, selamat bersenang senang sayangku… (meninggalkan Sarpakenaka) Ketika Mak Lemper, Sarpakenaka, dan Rahwana berbahagia atas keberhasilan misi mereka, Rama dan Laksmana sedang berjuang memburu kijang emas yang lari tadi. Ketika sudah yakin atas sasaran panahnya, Rama melesatkan panah apinya dari busur. Cuuusss!! Dan si kijang emas terbunuh. Tapi, tiba-tiba kijang emas dan dua kijang hitam tadi berubah menjadi manusia. Maricha : Teganya kau membunuh kijang emas jelmaan diriku!! Bharata, Angkara… Balaskan dendamku pada Rama!! (suara tersendat, lalu mati) Rama : Maafkan aku… Aku hanya ingin memenuhi keinginan istriku… Angkara : Terlaknat kau wahai Raja Ayodya. Atas nama Dewa Siwa, terkutuklah kau!! Laksmana : Jangan asal mengutuk Kakakku!! Kalian yang terkutuk karena berani mengutuk kakakku!! (marah) Bharata : Aku, keturunan Resi Kintama… Mengutukmu, Rama… (suara menggelegar) Jika kau melakukan hubungan dengan wanita! Atau kau bermain dengan wanita itu… Kau akan mati!! Mati!! Mati!! (Rama melongo, seketika Bharata dan Angkara meninggalkan panggung) Rama : (menjerit frustasi) Dewa!! Apa salah hamba!! (menatap Laksmana) Adikku… Aku tidak akan memiliki keturunan lagi… (sedih) Laksmana : Biarlah… Yang lalu biarlah berlalu. Mari kita kembali saja. Kasian shinta menunggu kita… (menenangkan Rama sambil merangkulnya lalu berjalan pulang) Setelah kutukan itu, Rama dan Laksmana berjalan kembali ke tempat peristirahatan mereka. Rama berjalan dengan gelisah, galau, dan merana karena kutukan dari keturunan Resi tadi. Sedangkan Laksmana sebagai adik yang baik selalu menenangkan kakaknya sepanjang perjalanan itu. Ketika sampai di tempat peristirahatan, Rama menjumpai Shinta yang pingsan di dalam lingkaran sakti. Seketika Rama terkejut dan melupakan semua kegalauannya, ia mendekati Shinta. Rama : Adinda, bangun adinda... Sarpakenaka : (terbangun) aa.. Ramaaa... Rammaaa… Akhirnya kamu kembali! Rama : Emb? Tidak biasanya kamu memanggilku Rama? Sarpakenaka : Oh maksudku kakanda... Rama : Kamu tidak apa apa kan? Apakah kamu diganggu Mak Lemper atapun Rahwana? Sarpakenaka : Tidak, tidak Rama… eh Kanda… Shinta baik-baik saja, Rama : Oh syukurlah, maaf aku tadi tidak berhasil membawa kijang itu. Aku malah dikutuk wee… Sarpakenaka : Oh My God… Oh My No… Oh My Wow!! Kanda dikutuk apa? (Flashback ke kutukan. Angkara datang dan mengutuk lagi) Sarpakenaka : Double what… What What!! Triple Iuh iuh iuh.. Tapi Rama… Kau baik-baik saja kan? Rama : (mulai bingung dengan kealay-an Shinta) Iya, hla kamu baik-baik aja kan? Sarpakenaka : Iya. Aku gak apa-apa. Rama : Baguslah. Shinta, kau tambah cantik saja. (nggombal) Wahai matahariku, kamu yang menyinari hidupku.. Sarpakenaka : Oh my baby Hello!! Rama kamu benar mencintaiku.. Eh maksudku Kakanda.. Rama : Adinda, kamu benar tak apa apa? Apa kamu sakit, kamu terlihat berbeda.. Sarpakenaka : Anu adinda tidak apa apa kok kanda... Ya sudah, Dinda masakkan makanan kesukaan Kanda dulu… (Sarpakenaka memasak. Laksmana dan Rama bersantai) Sarpakenaka bergegas menuju dapur tenda, dan bingung harus memasak apa, karena memang dia tidak tahu apa makanan kesukaan rama. Tiba-tiba dia mendapat ide, ia teringat iklan di TV waktu itu. Mie sadap ayam bakso spesial!! Dan Sarpakenaka pun mulai memasak. Sarpakenaka : Kakanda, ini dia, masakan spesial untuk kanda, mie sadap ayam bakso spesial.. Rama : Haa... ?? Mie kesukaanku rasa soto kenapa rasa ayam bakso spesial, bahkan aku sangat tidak menyukai rasa itu, kamu aneh adinda… Kamu siapa? Sarpakenaka : Aku Shinta kakanda, istrimu, pujaan hatimu... Rama : Tidak, kamu bukan Shinta, Shinta istriku tidak alay sepertimu... Dan kalau kamu Shinta kenapa kamu tidak tahu makanan kesukaanku? Lalu apa itu? (melihat suatu tanda lahir seperti tompel di lengan) Tompel di lengan? Kamu bukan Shinta!! (mendorong shinta) Siapa kau?! Sarpakenaka : Kakanda, aku benar Shinta ... (memelas) Rama : Bohong, mengaku kamu siapa dirimu atau kamu akan ku panah? (menyiapkan panah dan busur) Sarpakenaka : Jangan bunuh aku....Rama.. Panah Rama sudah siap melesat. Sasarannya sudah tepat menuju jantung Sarpakenaka. Sarpakenaka tidak memiliki pilihan lain. Ia harus mengaku sebelum panah itu menembus dadanya dan membunuh dirinya. Sarpakenaka : Wahai Dewa Siwa, tolonglah daku!! (memuja dewa, terdiam sejenak, mengambil nafas) Ok aku mengaku, aku memang bukan Shinta istrimu, aku Sarpakenaka anak Mak Lemper. Rama, buat apa sih kamu tetap mencintai Shinta? Dia sekarang sudah dengan Kanda Rahwana di negara Ayodya… Sekarang dia sudah tidak suci lagi, mending kamu sekarang dengan aku saja... (menggoda) Rama : Apa??? (kaget seribu kaget)... Jadi ini semua rencana kalian… Sarpakenaka : Kalau iya bagaimana, sekarang kamu tak punya pilihan selain dengan ku, mau kemana? Mau pergi? Hhahaha tak bisa kamu keluar dari hutan ini, kan kamu baru bertapa… Ayolah Rama, mulailah melupakan Shinta, masih ada aku yang akan menemani hari harimu.. Move on, Rama!! Rama : Hah move on sama kamu? Tidak mungkin dan tidak akan terjadi.. Rama segera mengabaikan Sarpakenaka dan menggalau di pojok panggung bersama adiknya. Rama sedang disiksa kegalauan yang sangat berat. Padahal di Alengka… Shinta dan Rahwana akan menjalani the first night di private room. Rahwana : Shintaa… Sini donk… (nada menggoda) Shinta : Jangan Rahwana!! Jangan!! Jangann!! Rahwana : Ayolah… Satu malam saja… Hey baby give me one more night… (Lagu One More Night diputar bag reff) Shinta : Tak akan pernah. Aku tak pernah sudi denganmu!! Lepaskan aku!! Rahwana : Shinta, Rama tak akan datang. Kamu hanya bersamaku malam ini, berdua saja. Shinta : Tidak!! Aku akan selalu menjaga diriku hanya untuk Rama!! Rahwana : Baiklah jika kau tak mau hari ini. Mungkin besok. Tapi, kau selamanya akan ada di sini untukku. (Rahwana keluar dari private room) Shinta : Oh Dewa… Lindungilah diriku. Semoga Kanda Rama bisa membawaku pulang dari neraka ini… (memohon) Di Hutan Dandaka, Rama masih bergalau ria. Ia mencoba curhat kepada adiknya. Ia tanyakan bagaimana cara untuk mendapatkan Shinta kembali. Dan apa yang harus ia lakukan? Penonton? Bantu Rama yaa… Rama : Shinta diculik Rahwana. Dan aku harus menyelamatkan… Tapi …. ! selama aku harus bertapa di hutan ini, aku tidak boleh keluar dari hutan Dandaka ini. Sekarang aku harus bagaimana? Laksmana : Tenang Kanda… kanda kan punya teman bala wanara di Gua Kiskenda… Rama : Ah iya!! Anoman, ya… anoman pasti bisa membantuku!! (mengambil HP dan menelpon Anoman…) Rama : “Hallo … ! kakang Anoman ?” Anoman : “Ya, Anoman di sini. Ini siapa yaa ?” Rama : Ini aku, Rama, men!” Anoman : “Oh… Rama! What’s up, Bro… Tumben kamu telpon aku!” Rama : Aduh kakang Anoman! Aku sangat butuh bantuanmu. Kamu maukan sekarang datang ke sini ? Aku di hutan Dandaka, aku akan menjelaskannya disini! Anoman : “Okey pren! Aku ke sana sekarang. Kamu tenang saja!” Tuut… Tuut… Segera saja setelah telpon itu dimatikan, Anoman menuju Hutan Dandaka. Dengan kekuatannya ia melompat sejauh mungkin lalu menhinjakkan kakinya di Hutan Dandaka. Dan dalam waktu sekejap, Anoman sudah datang dengan tarian khasnya. Anoman : “What’s up, Bro! Kenapa wajahmu kelihatan bingung sekali? Terus kenapa kamu bisa berada di hutan ini? Laksmana : “Ceritanya sangat panjang, nanti saja ceritanya. Sekarang, tolong rebut Shinta dari tangan Rahwana. Shinta diculiknya, dan Kanda Rama sedang diperintahkan oleh Prabu Desarata untuk bertapa di sini dan tidak boleh meninggalkan hutan ini. Jadi hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membantu Kakangku. Kakang mau kan membantuku? Please” Anoman : Nah kamu ngapain gak membantu, Laksmana? Laksmana : Aku di sini menjaga Kanda Rama. Aku takut dia galau dan akhirnya bunuh diri… Anoman : Oke bisa diatur. Wani piro? Rama : Kanda Anoman!! Aku serius!! (mulai marah) Anoman : Calm down men… Tenanglah! Aku pasti akan membantumu” (menepuk pundak Rama, lalu mereka bertiga berpelukan) Anoman : “Ya sudah, sekarang aku berangkat menyelamatkan Shinta, kamu berdoa saja semoga aku bisa merebut Shinta dari tangan Rahwana sialan itu!” Rama : (memohon pada dewa) Oh Dewa… Selamatkan Shinta. Jangan sampai dia dinodai oleh Rahwana… (Laksmana mengamini) Anoman segera meninggalkan dua bersaudara itu dengan tarian khasnya. Ia segera menuju Alengka dan siap merebut Shinta. Tidak lama kemudian, dia sampai di Alengka, negara para raksasa. Meski begitu, Anoman tidak takut untuk merebut Shinta. Nyalinya patut diacungi dua jempol. Setuju? Tapi… Gaswatnya, kedatangan Anoman di Alengka diketahui Rahwana. Rahwana : Hee.. Anoman sedang apa kamu disini? Ini kerajaanku apa yang kamu lakukan!! Anoman : Aku diutus Rama aku harus membawa pulang Shinta… Rahwana : Oh tidak bisa, seenaknya saja kamu merebut Shinta dari aku.. Anoman : Heh kakek tua, yang merebut itu kamu, Rama dan Shinta adalah cinta sejati. Dasar pak tua yang tak tahu malu… ABG Tua!! Berondong Tua!! Tua Keladi mata keranjang, hidung belang!!” Rahwana : Kurang ajar sekali kamu, lidahmu seperti tidak pernah disekolahkan, ok kalo kamu mau mengambil Shinta, langkahi dulu mayatku… (mereka perang) Akhirnya Rahwana dan Anoman berperang satu lawan satu. Anoman sudah nyaris kalah ketika Rahwana membakar ekornya dengan api yang sangat panas. Tapi, untungnya Anoman memiliki akal cerdas. Ia segera melompat-lompat kesana kemari agar api yang ada di ekornya membakar istana. Ia kibaskan ekornya ke semua tempat. Dan Anoman berhasil membakar hangus istana Alengka. (Lagu Anoman obong) Usai berhasil membakar hangus istana, Anoman segera mencari Shinta dan membawanya pulang. Rahwana dan semua penghuni kerajaan kalang kabut karena istana yang mereka yang hangus terbakar. Anoman : “Ha… ha…. Ha….” Rama : “Kakang Anoman, kakang sudah kembali, tapi mana istriku Shinta? apa kakang tidak bisa merebutnya dari tangan Rahwana?” Anoman : “Maafkan aku sahabatku! Rahwana sangat kuat, aku tidak bisa mengalahkannya. Bahkan ekorku tadi dibakar! Bayangkan! Bagaimana perasaanmu, Mas Bro!! Pelecehan!!” Rama : “Tidak mungkin!! Aku yakin kakang Anoman lebih kuat dari Rahwana. Anoman : Maafkan aku sahabatku, tapi aku sudah punya penggantinya untukmu. Rama : Pengganti? Apa maksudmu pengganti? Tidak, aku tidak mau mengkhianati istriku Shinta, aku sangat mencintainya!” Anoman : “Iya, aku mengerti! Tapi lihat saja dulu!” (menengok ke arah Shinta) “Okey girl, come in…!” Seorang gadis cantik mendekati Rama sambil menari dengan lemah gemulai. Tetapi wajahnya ditutupi selembar kain. Entah dia siapa. Tariannya begitu mempesona Rama. Mungkinkah gadis itu akan membuat rama move on? Let’s cekidot! Anoman : Ku persembahkan padamu… Shinta… Shinta : (membuka kain yang menutupi wajahnya) Kanda Rama… (mendekat Rama) Shinta : Kakanda ! Kenapa kakanda diam saja? Apa kakanda tidak senang melihat dinda kembali ? Rama : Aku senang dinda kembali, tapi kamu pasti kembali dengan keadaan yang sudah ternodai oleh Rahwana. Kau sudah tidak suci… Shinta : Ya ampun kanda! Setelah berbulan-bulan kita menikah, masihkah Kanda tak percaya? Selalu aku yang salaahh!! (gaya iklan lifebuoy) Rama : Dindaaa!! (alay) Shinta : Kenapa kanda mempunyai pikiran seperti itu? Walau dalam keadaan apapun, dinda akan tetap dan selalu menjaga kesucian dinda untuk kanda . Rama : Baiklah… Aku percaya padamu istriku, tapi apa kamu tau kalau rahwana tadi telah menyentuhmu ketika kamu tidak sadarkan diri? Shinta : Tapi aku yakin kanda, Rahwana belum mengapa-apakan aku!! Rama : Baik dinda, apa dinda mau membuktikannya? Shinta : Iya kanda, dengan apa dinda harus membuktikannya ?” Rama : Baik… (membuat api) Sekarang aku minta kamu berjalan di atas kobaran api ini, jika kamu terbakar berarti kamu telah ternoda. Tetapi jika kamu tidak terbakar, berarti kamu masih suci! Shinta : Baik kanda, demi cintaku padamu, aku akan melakukannya! Bakarlah aku, dan cintaku kan ku buktikan… Akhirnya Shinta berjalan di atas kobaran api itu. Tak hanya itu, Shinta juga memilih membakar dirinya di dalam api yang menyala-nyala. Tapi, apa yang terjadi? Shinta tidak sedikitpun terbakar. Tersentuh api pun tidak. Justru setelah keluar dari api, wajah Shinta semakin cantik. Dan hatinya semakin suci. Inilah bukti cinta sejati Shinta kepada Rama. Rama : Dinda, ternyata dinda masih suci. Maafkan kanda istriku, kanda telah menuduh dinda yang aneh-aneh. Aku sayang sekali sama dinda! Shinta : Kanda percayakan kepada dinda? Aku juga sangat mencintai kanda !” Mereka bertatapan romantis satu sama lain. Seperti yang biasa ada di film-film ketika cinta sejati dipertemukan. Nyaris ketika mereka akan… Akaann… Berpegangan tangan. Rahwana tiba-tiba datang dengan bala tentaranya yang beribu-tibu. Ia menuntut balas atas dendamnya!! Penculikan Shinta, pengusiran Sarpakenaka, pembunuhan Maricha, dan pembakaran istana. Rahwana : Stop!! Hai Rama jika kamu mau istrimu itu tetap menjadi milikmu langkahi dulu mayat ku Rama. Jadilah cowok yang gentleman. Ayo kita lawan tanding, siapa yang cinta sejati pasti akan menang... Jangan jadi pecundang kamu Rama.. Laksmana : Yang cinta sejati itu Kanda Rama dengan Shinta. Kamu hanya berondong tua saja!! Rahwana : Lancang kamu!! Laksmana : Kanda Rama… Biarkan aku yang menghadapi raksasa sialan itu. Kanda mending memanggil bala tentara Ayodya!! Rama : Tidak, Laksmana!! Biar aku saja yang akan melawannya. Perang pun tak bisa dihindari. Rahwana siap memukulkan gadanya dan Rama siap memanah Rahwana tepat di jantungnya. Shinta bersembunyi di balik Laksmana dengan ketakutan. Perang ini akan berlangsung seru. Dan tidak kalah seru dengan perang Bharatayudha. Pak Haji : Stoopppp!!! (semua menengok ke arah Pak Haji) Pak Haji : Hai, saudara saudara buat apa kalian berselisih? (bacakan ayat dan arti) sesungguhnya tanda- tanda dari kerusakan sebuah bangsa itu adalah diangkatnya ilmu agama, tersebarnya kemerosotan akhlak dan maraknya pemabuk dan lebih menyebar luasnya perilaku zina. HR Bukhory. Rahwana : Oh jadi begitu ya? Tapi, Shinta milikku!! Pak Haji : Rahwana… Kamu harus ikhlas dan menerima bahwa Rama Shinta adalah cinta sejati. Kamu tidak pantas menganggu kehidupan bahagia mereka. Jangan syirik atau iri, setiap orang memiliki kelebihan dan kekuranagn masing masing. Setiap orang memiliki rezeki dan takdir yang telah ditentukan Tuhan.. Narator : (Naik panggung dan mendebat Pak Haji) Heh Pak Haji!! Di skenario gak ada adegan ini!! Cut!! Cut!! Merusuh saja kau. Hush!! Laksmana : Narator, Pak Haji benar. Kita harus berdamai kan? Ayo saling memaafkan, setuju!! Semua : Setuju!! Narator : Tapi kan gak sesuai akhir dari Ramayana… Pak Haji : Yang penting happy ending. Kamu mau dunia semakin rusak jika pertempuran dilanjutkan? Narator : Ya… Enggak sih. Ya udah ayo maaf-maafan… (Terus pemain yang ada di panggung maaf-maafan. Lagu minal aidzin wal faidzin *reff, terus semua pemain keluar. Yang ada di atas panggung tetep di atas panggung. Yang lainnya di bawah mengelilingi panggung. Setel lagu perdamaian dan we’ll dance together. Selesai perdamaian. Semua turun kecuali Narator dan Rama-Shinta. Rama-Shinta bertatapan mesra) Akhir dari cerita Ramayana ini bukanlah Shinta yang hilang ditelan bumi atau Rahwana yang mati. Tetapi akhir dari Ramayana ini adalah Rahwana mengalah dan memilih mencari wanita yang lain. Sarpakenaka juga mengalah. Rahwana menarik semua bala tentaranya kembali dan menata Kerajaan Alengka dengan lebih baik lagi. Sedangkan Rama dan Shinta? Umm… Mereka hidup bahagia berdua selamanya. Hingga akhir hayat nanti. And from then, they live happily ever after. (Semua pemeran naik panggung) Cinta bukan hanya untuk kemarin, tetapi untuk hari ini, hari esok, dan seterusnya. Dan ingat bahwa cinta tak memandang wajah atau harta. Tapi dari hati ke hati. Demikian tadi kisah Ramayana, mudah-mudahan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Tentang perdamaian, kesucian cinta, kebersamaan, dan persahabatan.
Naskah Drama Ramayana (Rama-Shinta) 26 Juni 2014 Admin iki pengin ngirim conto skrip drama Ramayana kanthi sawetara owah-owahan saka pamikir sing apik ing Chicago ...>, <. Cekidot ... Crita iki nyritakake babagan kasuciane Rama lan Shinta. Diwiwiti kanthi kontes sing diatur Prabu Janaka saka Karajan Wideha. Nalika ing kontes, Rama bisa menang kontes lan njaluk Shinta, Rama dadi raja ing Ayodya sing jujur, jujur, prihatin, mantep, lan setia. Praupane katon nggumun banget lan apik banget, mula dheweke gampang narik kawigaten wong wadon ing saindenging jagad. Agunge putrane ayu sing jenenge Shinta. Dheweke mung wanita sing ditresnani Rama lan dadi garwane Rama. Shinta minangka wanita sing ayu, lembut, lan meriah banget. Rama lan Shinta urip kanthi bungah. Kabeh dina sing diisi banyolan, ngguyu, lan katresnan, bisa nggawe kabeh rumangsa cemburu karo kulawarga iki. Nyatane, ana wong wadon sing cemburu banget karo Shinta. Dheweke Sarpakenaka. Sarpakenaka minangka putri MakLemper, ahli sihir saka negara Alengka, uga adhine Rahwana utawa Dasamuka, raja ing Alengka. Sanajan Rama lan Shinta wis bebojoan, Sarpakenaka terus njaluk lan njaluk supaya Rama dadi bojone. Sarpakenaka percaya yen Rama kudu dadi duweke, dheweke yakin manawa pertandhingane Rama dadi dheweke, dudu Shinta.Kajaba iku, ana uga wong sing sengit karo pernikahané Rama lan Shinta. Dheweke yaiku Rahwana, sedulur Sarpakenaka. Dheweke sengit pasangan kasebut amarga dheweke tresna karo Shinta. Saka panjelasan ing ndhuwur, crita katresnan alun-alun ing antarane Rama, Shinta, Sarpakenaka, lan Ravana bakal diwiwiti. ... (Swara Gendhing Jawa) Sepisan wektu, Rama diutus dening Prabu Desarata kanggo tapa ing alas Dandaka. Dheweke ditampingi karo garwane, Shinta lan adhine Laksmana. Bareng padha menyang alas Dandaka kanggo nindakake amanat saka Prabu Desarata. Sore iku, sawise mlaku adoh saka Ayodya, akhire tekan hutan ing Dandaka. Rama: "Dinda, misale wis teka, awakmu wis kesel ta?" Shinta: "Ora kakanda, selagi aku ana ing samping sampeyan ora bakal krasa kesel" Rama: "Ah ...! Dinda bisa nindakake iki! Aku kecekel ... " Shinta: "Napa ... Kepiye aku kesandung Kakanda?" Rama: "Eh ... Maksudku nguciwani, Dinda!" Shinta: "Oh ... suwara! Aku rumangsa gelo karo tembung-tembungku ... " Rama: "Ya dudu bojoku, tembungmu wis ...!Hem ... Dadi ayu lan gak oleh pisan nyawaku. " Shinta: "Ah ... Kanda!" (Ngengingi Rama lirih) Rama: "Aduh, Dinda ...! Kepiye carane kita wis nguciwani - nguciwakake awake dhewe, nganti ora lali yen kita ditemoni karo sedulur wadon sing kita tresnani. "(Nggoleki Laksmana sing lagi cedhak) Shinta: "Oh ya! Mangkene adhiku, kenapa isih ana? "(Nyedhak Laksmana)" Nuwun sewu, Laksmana Dik, iku dudu maksud kita ... um ... "(durung rampung ngomong banjur dipotong dening Laksmana) Laksmana: "Ayo Sis Shinta, ora apa-apa! Kejaba iku, aku uga seneng ndeleng keakraban Ibu Rama lan Ibu Shinta. " Shinta: "Sampeyan pancen bener adhine Laksmana. Kanda untung banget yen nduwe adhine apike Laksmana! ”(Nyawang Rama) Rama: "Bener Dinda! Laksmana pancen adhine apik banget. "(Patting Laksmana ing pundhak) Laksmana: "Aja kesusu, Kak Shinta lan Kak Rama ora kudu muji aku kabeh. Kita bakal terus nganti wengi lan pungkasane ora ana papan kanggo ngaso. Ehm ... !! Sis, kepiye carane nggawe tenda ing kene.Katon papan kasebut banget goyang lan wiyar ing kene. " Rama: "Ya!" (Nodding sirahe) "Apa sampeyan mikir babagan Dinda?" Shinta: "Ya Kanda, kita luwih apik nyiyapake tarub ing kene." Rama: "Apik! Banjur kita nyiyapake tarub ing kene! Dik Laksmana, tulung nggawa kémah ing tas! ”(Banjur aturake kémah karo Laksmana lan Shinta kanggo nggawe minuman kanggo Rama lan Laksmana) Shinta: "Sis, sampeyan mesti kesel. Ayo dhisik ngombe banyu iki, supaya sayah ilang. "(Bathuk Rama bathuk nganggo cukur)" Abang Laksmana uga, ngaso dhisik! "Sampeyan bakal terus ngombe banyu mengko." Laksmana: "Ya ... Sis, Shinta! Ora suwe, metokake ...! "(Isih sibuk ndandani tarub) Ram: "Aja kesusu, sedulur! Pancen bener kandhane adhine, Shinta, muliha dhisik! " Laksmana: "Ya sudaaah ... saya leren ..." (mandhegake pakaryan banjur lungguh ing cedhak Rama lan ngombe karo ngombe) Ing wektu sing padha nanging ing papan sing beda, Sarpakenaka, Rahwana, lan Mak Lemper lagi mirsani romantisme Rama Shinta saka bal kristal. Dheweke nonton kanthi lara. Suka banget kanggo ndelok keprigatan penganten.Sarpakenaka: "Huh ... Iki pancen ora adil !! Napa kedadeyan karo aku? Aku ora seneng ndeleng dheweke seneng. Amarga Rama kudu dadi bojomu ... Huhuhu ... Simbok !!" (nangis) MakLemper: "Aja meneng, sayang ... Tenang ..." Sarpakenaka: "Duh gusti ... Simbok, ndelok dheweke, dheweke katon cedhak banget. Aku ora kuwat ndeleng dheweke. Atiku krasa diiris nganggo piso sing landhep, huhuhu ... Sakit!" (isih nangis) MakLemper: "Nafas ... Nafas ... Aja kuwatir ... Simbok bakal nulungi ..." Sarpakenaka: (nangis kanthi nangis) "Kanda Rahwana! Apa sing kudu kita lakoni? Napa sampeyan ora ujar apa-apa? Apa Kanda uga ora tresna marang Shinta? Napa sampeyan nglilani dheweke, ha? Napa heck!?" (dramatis bin alay) Ravana: "Sampeyan pancen bising !! Aku meneng ora ateges ngurus! Aku mikir! Aku ora kaya sampeyan sing tumindak tanpa mikir dhisik !! Sampeyan bocah cilik Alay !!" Sarpakenaka: "Tenan, ngapa sampeyan wani karo aku. Kepiye carane sampeyan ngala-ngini kaya aku." MakLemper: "Hei! Heh! Hei! Aja gelut! Rungokake aku, Sarpakenaka, Kandamu bener.Kita butuh strategi kanggo misahake Rama lan Shinta, mulane tenang dhisik mikir babagan apa sing kudu ditindakake ... " Sarpakenaka: "Oalah, mbok ..." (mandheg sedhela mikir) MakLemper: "Yeeeeee ... aku entuk ide !!" Sarpakenaka + Ravana: "Opo idene?" Mak lemper: "Ok, ayo dakkandhani. Shinta minangka salah sawijining bocah wadon sing gampang narik kawigaten sing menarik. Kaya kidang emas. Dadi, Ravana ... Telpon weteng lan nggawa menyang kene supaya aku nggawe kancil kanggo narik perhatian Shinta. Lan Shinta bakal ngomong Rama supaya mburu dheweke ... " Ravana: "Wah bener. Banjur, Rama lan Laksmana bakal ninggalake Shinta sing bener, ta? Lan aku bisa nyulik Shinta lan nggawa dheweke menyang Alengka ... " MakLemper: "Tumben sampeyan pinter." Sarpakenaka: "Apa aku, mbok? Apa sampeyan mung mikir nasib Kanda Rahwana?" (njaluk tulung menyang MakLemper) MakLemper: "Bocah bodho. Aku mikir babagan sampeyan !!" (jeda sedhela) "Dadi ngono ..." Sarpakenaka: "Pripun mbok? Apa sampeyan arep ngganti aku menyang Shinta utawa kepiye?" MakLemper: "Pandhita. Sawise Shinta dijupuk Rahwana, aku bakal mbaleni sampeyan dadi Shinta lan sampeyan bakal urip bebarengan karo Rama ..." Sarpakenaka: "Matur nuwun?(Sarpakenaka ngambung pipi ibune) Ravana: "Apik ... Banjur aku bakal langsung ngundang abdi sing setya." (njupuk ponsel, nyoba nelpon, tulisan) "Um, poking, ana masalah sethitik ... Aku wis ngubungi dheweke liwat SMS, BBM, Facebook, Twitter. Nanging, dheweke ora mangsuli ... " MakLemper: "Apa sampeyan nelpon dheweke nganggo telpon?" Ravana: "durung. Iki amarga aku ora duwe kredit, hehe ... aku dadi raja sing adhem ..." Sarpakenaka: "Ckkk .... Cukup sampeyan pengin aku ngirim pulsa. Ngerasa !! Kepiye carane raja Alengka, pulsa piyambak ora duwe. Kepiye sampeyan ndhukung wong liya mengko?" Ravana: "Ora isin. Ngirit dhuwit, Nduk." (Ngecat sirah Sarpakenaka) Sarpakenaka: "Wah, aku pengin manikur peduli karo seniman Hollywood ing Los Angeles. Mengko sawise Rahwana nyulik Shinta, ajak aku njaluk mrene ... "(Sarpakenaka godhong Rahwana lan Mak Lemper) Sawise Sarpakenaka ninggal Rahwana lan Mak Lemper, dheweke isih ngenteni tekane para abdi Ravana nganti ditutup. Pungkasane, sawise limang jam ngenteni, ana telung abdi Ravana teka, dheweke diwenehi jeneng Maricha, Bharata, lan Angkara. Ravana: "Kepiye sampeyan wani nggawe kita ngenteni suwe. Apa sampeyan pengin dikutuk dadi watu?Heh? "(Slaps sirah ing padharan) Maricha: "Nyuwun pangapunten, sampeyan ngurmati. Iki salahku. Internet ora nyambung, mula aku ora bisa main ing Facebook lan Twitter. Ravana:" Ah, sampeyan ujar banget. Sepisan, aku duwe tugas sing gedhe kanggo sampeyan, ayo teka mrene ... "(Ravana bisik karo prekara-prawane) Bharata: "Aku wis siyap nindakake penawaran sampeyan, pakurmatan sing apik. Aku ora bakal nguciwani sampeyan." MakLemper: "Apik. Saiki, siyap lan tahan kayu iki, aku bakal dadi sampeyan kijang emas, Maricha. Lan sampeyan, Bharata lan Angkara, aku bakal dadi rusa ireng minangka pengiring Maricha. Apa sampeyan wis siyap?" (nyiapake mantra abdi) Angkara: "Ngandika Rahwana sing dicritakake sadurunge, kita dikandhani supaya bisa narik perhatian Shinta. Kepiye carane dadi rusa? Apa tegese? " MakLemper: "Ya, sawise aku bakal dadi kancil, aku mrentahake supaya narik perhatian Shinta kanthi tarian kancil!" Maricha: "Banjur sawise nari, apa sing kudu dak lakoni, Sire?" Ravana: "Aduh ...! Pancen penake tenan. Katrok-katrok! Sawise sampeyan nari lan sampeyan ndeleng dheweke wis minat mburu sampeyan.Sampeyan mung mlayu supaya Rama lan Laksmana ngejak sampeyan lan pungkasane Shinta ditinggalake sepi. Inggih ... Sawise iku aku bisa nglakokake Shinta! Ngerti? " Angkara: "Kita ngerti, Sire ..." Bharata: "Ibu Ratu Lemper ... Kita siyap sampeyan ngganti ..." MakLemper: "Hopla. Menehi kula A, Menehi kula B, Menehi kula C, ABC ... Ngganti!" Mak Lemper ujar mantra kasebut lan wiwit ngganti telu abdi kasebut. Ora suwi, Angkara, Bharata, lan Maricha dadi telu menjangan. Sawise mangkono, kidang telu kasebut langsung mlayu menyang Rama Shinta ing alas Dandaka lan banjur nindakake misi kasebut. Dheweke nyritakake kidang kanthi nyenengake lan narik perhatian Shinta. Shinta: "Kanda, Laksmana, deleng! Kancil iku pancen ayu !! ” (nuding ing kancane nari) Rama: "Ya Dinda, ayu banget gerakane dheweke!" Laksmana: "Ya Sis, kidang lucu banget!" Shinta: "Kanda, deleng! Ana kidang tanduk emas, aku kepengin banget yen kancil emas, Kanda! Apa pingin golek kancil kanggo aku? " Rama: "Apa kowe pengin, bojoku?" Shinta: "Ya, kanda!sampeyan pengin nyekel kanggo aku? "(tenan pangarep-arep) Rama: "Oalah, demi sampeyan, bojoku sing dak tresnani, aku bakal mburu kancil emas kanggo sampeyan" (nyiapake gear kanggo mburu) "Lan sampeyan dadi mbakyuku, tulungake adhimu, Shinta, selawase sampeyan arep golek rusa. Amarga aku wedi yen Ravana bakal tiba terus ngajak Shinta lunga. " Laksmana: "Ya sis! Aku ngerti, gampang banget, aku bakal tetep Sis Shinta menyang getih pungkasan. " Rama: "Apik sedulurku, aku percaya karo sampeyan, aja lunga menyang ngendi wae nganti bali." Shinta: "Ati-ati, kanda! Aku yakin Kanda bakal enggal bali karo kidang emas kanggo aku "(nalika ngambung tangane Rama)" Kanda, aku pancen tresna sampeyan "(nalika nyekel tangane Rama) Rama: "Aku tresna banget karo sampeyan, Dinda!" (Nyukur rambut Sinta) "Hmm, saiki aku arep, lan ora suwe rusa bakal mlayu." "Nggawe sedulur!" (Patting Laksmana ing pundhak lan ninggalake) Laksmana: "Ya sis, percoyo marang aku.TiTi DJ sis! ”(Saking melambai) Sawise Rama pamitan, Shinta lan Laksmana ngemuk barang-barange ing kemah. Ing sandhinge wit banyan, Rahwana isih nyasar karo bal kristal sing dibayar dening Mak Lemper. Dheweke bingung mikir Laksmana sing ora melu goleki kijang emas. Ravana: "Aduh ... ! kepiye Durya iki, kenapa Laksmana ora teka golek burung. Sanajan bayanganku Laksmana gabung karo kidang emas. Wah ...! Saiki kepiye sampeyan Laksmana pisah karo Shinta? (ndelok Durya sing meneng) Durya ...! napa sampeyan meneng, tulung aku mikir! " Durya: "Abdi pendhita uga mikir, sepira! Nalika nggoleki, nalika ana wi-fi " Ravana: "Oo ..! mulane saiki kita mikir bebarengan. " Lima, sepuluh, lima belas, malah rong puluh menit padha mikir cara kanggo nyingkirake Laksmana saka sisi Shinta. Gagasan bodho dadi pikiran, nanging Laksmana mesthi bisa ngatasi. Dheweke terus mikir kanthi mantep lan raket supaya bisa nemokake cara sing paling apik kanggo nglakokake misi iki. Durya: "Nah! Ketoke! " Ravana: "Hus ...! aja padha surak, dheweke bakal ngrungokake. Durya: "Nuwun sewu, Sire!Dhuh, Sang Prabu, sampun manggih margi. " Ravana: "Ya, kepiye?" Durya: "Delengen kene, sire" (bisik-bisik) Ravana: "Apik! ide sampeyan apik banget, ternyata cerdas sampeyan uga Durya? " Durya: "Ya, Tuanku! Aku lulusan sekolah S2 Node Godean Tengah! Ing kana para siswa cerdas! Gurune wis keren maneh! Mangkono, sekolah ing Negsago! " Ravana: "Ciyus? Rasane kaya aku! " Durya: "wow ... iku padha karo aku, Pak?" Rahwana: "Heh, becik ngerti yen sampeyan bakal padha karo aku. Sampeyan saiki wis padha guyonan (dheweke nangis kanthi banter) saiki aku bakal ngganti swara dadi swara bapak. Hem ... Shinta! sampeyan mesthi bakal dadi duwekku! "(ujare kanthi yakin) Sawise Shinta lan Laksamana rampung ngresiki barang-barange ing kemah, dheweke banjur leren. Nanging dumadakan keprungu swarane Rama. Rama kaya-kaya njaluk tulung. Kedadean apa? Mikir babagan iki ... Ravana: "Mangga! Mangga Dik Laksmana, tulung aku! "(Bengok-bengok karo swara sing meh padha karo bapak, ndhelik ing wit)" Hihihi ... Durya ... Mesthi iki bisa digunakake ... "(lirih) Shinta: "Adik cilik!sampeyan wis krungu apa-apa? " Laksmana: "Ya Sis! kuwi Sis Rama, malah sing njerit nyebut jenengku. Aku yakin iki Sis Rama! Sis Rama butuh pitulung, aku kudu nulungi dheweke ”(ujare kanthi kuwatir) Shinta: "Ya sis! saiki kowe mung bantu kakanda saiki ayo dakwenehi njaga barang-barang kita " Laksmana: "Nanging Sis, aku janji karo Rama Rama supaya Sis Shinta" Shinta: "Ora apa-apa, bro! Saiki sampeyan butuh pitulung ing Laksmana. Dik laksmana mung meneng. Aku ora apik ing kene! " Laksmana: "Apik, aku bakal nulungi Sis Rama. Nanging aku bakal nggawe perlindungan kanggo kak shinta luwih dhisik (Laksmana nggawe bunder sulap sing bakal njaga Shinta saka apa wae) Laksmana: "Sis Shinta, tulung sampeyan saiki ing bunder iki!" Shinta: "Iki ana apa, sis?" (Sinambi mlebu ing bunderan sihir) "kenapa sampeyan takon aku main?" Laksmana: "Houm ......!" (Ngeja mantra) "Hap!Saiki bunder iki wis dadi bunderan sihir " Shinta: "Bunder Sakti?" Laksmana: "Ya, bunderan sihir iki ora bisa ditembus utawa mlebu sapa wae, mula Kak Shinta ora kena disentuh karo sapa wae. Nanging yen Sis metu, Sis ora bakal bisa mlebu bunder iki maneh. " Shinta: "Opo maneh! Saiki sampeyan bisa tenang, apa kowe ora ninggal aku? " Laksmana: "Ya Sis, nanging Sis Shinta kudu janji ora bakal metu saka bunderan sihir iki. Nganti aku lan Sis bali maneh! " Shinta: "Ya, Sis, aku janjeni marang janji, saiki kowe lunga, nylametake Rama, apa ora?" Laksmana: "Oalah, aku arep! Ndedonga kanggo sis! Aku bakal bali maneh "(ngucapake wilujengan nganggo set alat memanah) Laksmana enggal-enggal ngepasi angin kaya dene kakunge, Rama. Saliyane Rahwana, sing wis sukses ngusir Laksmana, tetep dadi bingung. Ya, dheweke bingung kepiye carane njaluk Shinta metu saka bunder banjur nggawa dheweke menyang Alengka. Ravana: "Aduh! Kepiye carane? Aku mikir sawise Laksmana lunga, aku langsung bisa nggawa Shinta, nanging saiki aku malah ora bisa nyentuh Shinta "(nalika lagi nyentak lan ngepel-timokake)" Durya, kepiye?Apa sampeyan ora duwe ide liyane? " Durya: "Kula nyuwun pangapunten, misale yen wektu iki aku pancen ora ngerti carane njupuk Dewi Shinta saka bunderan sihir, amarga aku percaya yen aku ora bakal bisa nembus!" Rahwahna: "Ah, apa sing koklakoni! jarene dheweke ngaku menyang sekolah lor Godean Market, ana masalah kaya iki. Durya: "Nanging sampeyan uga bingung?" Ravana: "Dadi sampeyan nggodha aku? Ya ?! " Durya: "Nyuwun pangapunten! Aku ora kaya ngono! " Ravana: "Ya, saiki kita mikir maneh!" (Meneng nalika lagi mundur) Ravana: "Nah! Aku saiki duwe ide! " Durya: "Kepiye raja?" (Nyambung Ravana) Ravana: "Inggih ..." (bisik-bisik) Durya: "siap, raja! Aku wis siyap kanggo nindakake " Rahwana: "Ora, wektu iki aku bakal nindakake, supaya mengko aku bisa langsung nggawa Shinta menyang istana" Durya: "Oh ... raja bagus!" (Nodding sirahe) Rahwana: "Nanging sampeyan isih kene nonton, sing ngerti Rama lan Laksmana bakal bali.Lan sampeyan kudu ngalangi, ora masalah! " Durya: "Siap, Mulia!" Ravana: "Apik. saiki aku bakal ngganti wujudku dadi wong tuwa. Houm! "(Nulisake mantra, dene Durya nglebokake aksesoris ing Ravana)" Hap! " Eyang: "Apik tenan ?? Apik, aku bakal lunga mrene lan sampeyan njaga kene, Durya! " Durya: "Kelangan, Sejatine ... Sukses, Sire! Cemungutt eeaakk! Go Sire Go !! ” Pungkasane, kanthi penampilan sing yakin lan luar biasa, Rahwana mlaku lemah menyang Shinta. Dheweke yakin Shinta bakal nresnani dheweke lan metu kanggo nyedhaki dheweke. Sawise iku? Pikirake, para pamirsa ... Shinta: "Eyang, kenapa kowe tengah alas? Eyang kakung durung tuwa, napa sampeyan ora tetep ning omah? " Eyang: "Eyang arek golek mangan mbahku! Eyang kakung durung mangan lan ngombe sajrone seminggu. "(Mustache tiba) Shinta: "Napa ...! kumisnya ambruk " Eyang: "Hah ... endi?" (Fingering kumis banjur nggoleki dheweke) Shinta: "Ya kek, ......" Kakek: "Ya ... mungkin misiku durung entuk nutrisi saputra.Dadi bathi kaya ngono! "(Nuding kumis) Shinta: "Eyang kakung iki wis bisa ...!" Eyang: "Yo cu ...! Aku yakin manawa wis suwe rambut kabeh bakal mati amarga aku ora bakal ngombe. " Shinta: "Oh dear ...! kepiye 'nganti kuwi? "(ujar karo sayang Eyang: "Ya cu ....! Mangga mbah cu ..., wenehi simbah pangan lan omben supaya mbah kakuwatan bisa urip. " Shinta: "Nanging Eyang ...!" Eyang: "mangga cu ....! Yen ora mangan aku yakin bakal mati. " Shinta: "Apik mbah ...! saiki mbah ngenteni dhisik. Aku bakal golek panganan lan minuman kanggo mbah. ” Eyang: "Matur suwun cu ... sampeyan pancen bocah wadon sing apik, muga-muga para allah nate nyalekake kabecikanmu. "(gaya mberkahi umat Hindu) Shinta: "Matur suwun, sayang ...! Enteni sedhela, ora! "(Metu saka bunder, njupuk panganan ing tenda) Shinta pungkasane metu saka bunderan sihir sing digawe Laksmana. Dheweke mlaku mlebu ing tarub lan njupuk panganan ana ing kono. Lan ... apa sing kedadeyan? Apa? Apa? Nalika Shinta metu saka kémah, PENTING APA?!?!Wong tuwa mau wis dadi buta Ravana sing gagah prakosa. Shinta kaget banget. Sanalika dheweke uga nyelehake kabeh panganan sing digawa. Ravana: "Ha ... ha ... ha ... ha ... ......!" Shinta: "Hah, Ravana! Dadi sampeyan ……… Ravana: "Ya ...! Aku dadi mbah kakung, banjur kidang lan swara njaluk tulung kabeh dadi teknikku. Ha ... ha ... ha ...! " Shinta: "Sampeyan pancen apik banget Ravana. Sampeyan pengin saiki? " Ravana: "Aku pengin sampeyan melu aku!" Shinta: "Ora ...! Aku ora pengin ...! " Ravana: "Ora gelem? Ya, Hap ... ! " Rahwana mantra Shinta saengga Shinta seneng. Tutul! Sawise Shinta kesusu, Rahwana langsung nggawa Shinta menyang Alengka. Gendhing kaya angin banjur ilang ing ngisor méga. Sasampunipun Rahwana nggawa Shinta menyang Alengka, Mak Lemper lan Sarpakenaka siyap siap ing adegan. Dheweke siyap nindakake misi sabanjure. Ing nyamar. Mak Lemper: Hei Sarpakenaka teka kene ... Sarpakenaka: Duh gusti. Ngenteni menit Simbokk ... (mlaku nyedhaki Alay) Simbok ... Simbok ... Simbok minangka wong sing paling ayu lan paling cerdas ing jagad ... Mak Lemper: Ya mangga.Saiki aku bakal nggawe sampeyan Shinta, njagong sampeyan ing bunderan kasebut (Sarpakenaka nods lan lenggah ing bunder) Mak Lemper mesem karo mantrae. Lan sumunar. Hongmilahom !! Sarpakenaka dadi ayu kaya Shinta. Ora katon ayu kaya Shinta, nanging satus persen padha karo Shinta. Saka ndhuwur nganti ora ana bedane. Mak Lemper: Sarpakenaka saiki urip luwih dhisik ... Sampeyan nang kene ... Sarpakenaka: Matur suwun Simbok sing paling apik ... (ngrangkul Mak Lemper) Rama, akhire sampeyan sing mine .. Selawase ... Mak Lemper: Ok, seneng-seneng, kekasihku ... (ninggalake Sarpakenaka) Nalika Mak Lemper, Sarpakenaka lan Rahwana seneng karo jago sing ditindakake, Rama lan Laksmana padha berjuang kanggo mburu kidang emas sing mlaku. Nalika yakin manawa target panah, Rama nembak panah saka gandhewo. Cuuusss !! Lan kancil emas dipateni. Nanging ujug-ujug kidang emas lan kijang loro mau dadi manungsa. Maricha: Kepiye sampeyan bisa mateni inkarnasi inkarnasi emas !! Bharata, Angkara ... Wangsulanku marang Rama !! (swara keselak, banjur mati) Rama: Nyuwun pangapunten ... Kula namung kepengin ngrampungake kekarepan bojoku ... Angkara: Sampeyan didhawuhi dadi Raja Ayodya. Nganggo Gusti Siwa, ngutuk sampeyan !!Laksmana: Aja mung sumpah adhiku !! Sampeyan ngutuk amarga ora wani nyumpat sedulurku !! (nesu) Bharata: Aku, keturunan Resep Kintama ... Ngutuk kowe, Rama ... (swarane booting) Yen sampeyan duwe hubungan karo wanita! Utawa sampeyan muter karo wanita kasebut ... Sampeyan bakal mati !! Mati !! Mati !! (Rama gaweyan, sanalika Bharata lan Angkara metu saka panggung) Rama: (njerit kleru) Dewa !! Apa salah, abdi !! (Merga Laksmana) Adikku ... Aku ora bakal duwe anak maneh ... (sedhih) Laksmana: Wis ngono ... Banjur keliwat. Ayo bali maneh. Apik banget shinta nunggu kita ... (tenang Rama nalika ngrangkul dheweke lan mlaku ing omah) Sawise kutukan kasebut, Rama lan Laksmana mlaku maneh menyang papan pamitane. Rama mlaku kanthi ora tenang, kesusu, lan kesed amarga dikutuk saka keturunan Rishi sadurunge. Dene Laksmana minangka adhine sing apik mesthi meneng adhine nalika lelungan kasebut. Nalika tekan papan ngaso, Rama nemokake Shinta sing pingset ing jero bunder. Enggal Rama kaget lan lali kabeh kerusuhan, dheweke nyedhaki Shinta. Rama: Adinda, tangi adinda ... Sarpakenaka: (awaked) aa ... Ramaaa ... Rammaaa ... Pungkasane sampeyan bali maneh! Rama: Emb? Apa sampeyan biasane ora ngarani Rama?Sarpakenaka: Oh Maksudku kakanda ... Rama: Apa kowe ora apik? Apa sampeyan repot karo Mak Lemper utawa Rahwana? Sarpakenaka: Ora, Rama ... eh Kanda ... Shinta ora apik, Krishnamurti: Duh, matur suwun, nuwun sewu ora nggawa kancil. Aku disumpahi, wee ... Sarpakenaka: Duh Gusti ... Oh Ora Ana ... Oh My Wow !! Sapa sing dipatèni? (Flashback kanggo ngipat-ipati. Angkara teka lan ipat maneh) Sarpakenaka: Ganda apa ... Apa !! Triple onk aduh ... Tapi Rama ... Apa sampeyan OK? Rama: (tambah bingung karo kesalahan Shinta) Ya, sampeyan ora apa-apa, ora? Sarpakenaka: Ya. Aku ora apa-apa. Rama: Pandhuan apik. Shinta, sampeyan luwih ayu. (nggombal) Dhuh sun, sliramu madhangi ... Sarpakenaka: Oh anakku Halo !! Rama sampeyan pancene tresna karo aku .. Eh, tegese Kakanda .. Rama: Adinda, kowe pancen apik tenan? Apa sampeyan lara, sampeyan katon beda ... Sarpakenaka: Lho, Adinda ora enak, Kanda ... Wah, Dinda masak panganan favorit Kanda dhisik ... (Sarpakenaka masak. Laksmana lan Rama santai) Sarpakenaka cepet-cepet menyang pawon tarub, lan bingung arep masak apa, amarga dheweke ora ngerti apa sing dadi panganan favorit Rama. Dumadakan entuk ide, dheweke kelingan pariwara ing TV wektu iku. Tukang daging bakar nutul khusus !!Lan Sarpakenaka wiwit masak. Sarpakenaka: Kakanda, kene, sajian khusus kanggo kanda, bakso daging khas kanggo nutul mie ... Rama: Haa ... ?? Mie sing paling disenengi yaiku rasa Soto, kenapa ayam bakso khusus, sanajan aku pancen ora seneng karo rasa kasebut, sampeyan Adinda aneh ... Sapa sampeyan? Sarpakenaka: Aku Shinta kakanda, bojomu, brahala atimu ... Rama: Ora, sampeyan dudu Shinta, bojoku Shinta ora padha kaya sampeyan ... Lan yen sampeyan Shinta ngapa sampeyan ora ngerti panganan favoritku? Banjur apa kuwi? (ndelok tanda lahir kaya tompel ing lengen) Tompel ing lengen? Sampeyan ora Shinta !! (meksa shinta) Sapa koe ?! Sarpakenaka: Kakanda, aku bener Shinta ... (njaluk tulung) Krishnamurti: ngapusi, ngaku sapa sampeyan utawa sing bakal sampeyan panah? (nyiapake panah lan busur) Sarpakenaka: Aja mateni aku ... Rama ... Jare Rama wis siap mabur. Target dadi tepat ing njero ati Sarpakenaka. Sarpakenaka ora duwe pilihan liyane. Dheweke kudu ngakoni sadurunge panah ngunekke dhadhane lan mateni. Sarpakenaka: Dhuh Gusti Siwa, tulung aku !! (nyembah dewa, ngaso sedhela, ambegan) Ok aku ngaku, aku dudu bojone Shinta, aku Sarpakenaka, putrane Mak Lemper. Rama, kenapa kowe tetep tresna marang Shinta?Dheweke saiki bareng karo Kanda Rahwana ing negara Ayodya ... Saiki dheweke ora resik maneh, sampeyan saiki luwih apik karo aku ... (ngusik) Rama: Apa ??? (kaget sewu kaget) ... Dadi iki kabeh rencana sampeyan ... Sarpakenaka: Yen ngono, saiki sampeyan ora duwe pilihan kajaba aku, arep menyang endi? Pengin lunga? Hhahaha Sampeyan ora bisa metu saka alas iki, sampeyan mung meditasi ... Ayo Rama, mula lali lali karo Shinta, isih ana aku sing bakal ngancani dina sampeyan .. Pindhah, Rama !! Rama: Hah, terus sampeyan bareng? Ora mungkin lan ora bakal kelakon .. Rama langsung nglirwakake Sarpakenaka lan gagap ing pojok panggung karo adhine. Rama lagi disiksa amarga kelainan abot banget. Sanajan ing Alengka ... Shinta lan Rahwana bakal ngalami wengi pisanan ing ruangan pribadi. Ravana: Shintaa ... Ayo mrene ... (nada nggoda) Shinta: Aja Ravana !! Aja !! Mboten nate !! Ravana: Ayo ... Mung sewengi ... Hei bayi wenehi sewengi maneh ... (Lagu Dolanan Liyane Luwih muter tas reff) Shinta: Ora. Aku ora tau melu karo kowe !! Ayo kula lunga !! Ravana: Shinta, Rama ora bakal teka. Sampeyan mung karo aku ing wengi iki, mung loro sampeyan. Shinta: Ora !! Aku mesthi bakal njaga awake dhewe mung kanggo Rama !! Ravana: Oke yen sampeyan ora pengin dina iki.Mungkin sesuk. Nanging, sampeyan bakal slamet ing kene. (Ravana metu ruangan pribadi) Shinta: Ya Allah ... Lindungi aku. Muga-muga Kanda Rama bisa nggawa aku mulih saka neraka iki ... (nyuwun) Ing Hutan Dandaka, Rama isih mbebayani. Dheweke nyoba nyandi ing adhine. Dheweke takon kepiye carane njaluk balik Shinta. Lan apa sing kudu ditindakake? Para penonton? Tulung Rama huh ... Ram: Shinta diculik karo Rahwana. Lan aku kudu nyimpen ... Nanging ... ! anggere aku kudu dipenjara ing alas iki, aku ora bisa metu saka alas Dandaka iki. Apa sing kudu tak lakoni saiki? Laksmana: Tenang Kanda ... sampeyan duwe kanca ing Gua Kiskenda ... Rama: Ah iya !! Anoman, ya ... Anoman bisa nulungi aku !! (Nyandak ponsel lan nelpon Anoman ...) Rama: "Halo ...! Anoman bali? " Anoman: "Ya, Anoman wis ana kene. Iki sapa? " Rama: Iki aku, Rama, wong! " Anoman: "Oh ... Rama! Ana apa, Bro ... Tumben kowe nyeluk aku! " Rama: Aduh, Anoman! Aku pancene butuh pitulungmu. Apa sampeyan pengin teka saiki? Aku neng alas Dandaka, aku arep nerangake kene! Anoman: "Okey pren! Aku mrene saiki.Sampeyan njupuk gampang! " Tuut ... Tuut ... Nalika telpon wis dipateni, Anoman tumuju Hutan Dandaka. Kanthi kekuwatane banjur mlumpat kanthi bisa sabanjure banjur mlaku ing Hutan Dandaka. Lan kanthi cepet, Anoman wis teka kanthi tarian tandatangane. Anoman: "Ana apa, bro! Napa rai sampeyan katon bingung banget? Terus kenapa kowe nang alas iki? Laksmana: "Critane suwe banget, mengko mengko crita. Saiki, mangga njupuk Shinta saka tangane Rahwana. Shinta diculik, lan Kanda Rama diutus dening Prabu Desarata dipenjara ing kene lan ora ninggalake alas iki. Dadi sampeyan mung wong sing bisa nulungi sedulurku. Kakang pengin nulungi aku? Mangga " Anoman: Dadi apa sing sampeyan lakoni ora mbantu, Laksmana? Laksmana: Aku kene njaga Kanda Rama. Aku wedi yen dheweke nesu lan pungkasane bunuh diri ... Anoman: Oalah, sampeyan bisa nyetel. Wani Piro? Rama: Kanda Anoman !! Aku serius !! (nesu) Anoman: Tenang wong lanang ... Tenang! Aku mesthi bakal nulungi kowe ”(nepak Rama ing pundhak, banjur padha telu Anoman: "Ya, saiki aku arep nylametake Shinta, sampeyan mung ndedonga supaya bisa ngrebut Shinta saka tangane Rahwana!" Rama: (njaluk tulung karo para dewa) Ya Allah ... Simpen Shinta.Aja dikepung karo Rahwana ... (Laksmana setuju) Anoman langsung ninggalake sedulur loro kasebut kanthi tarian merek dagang. Dheweke langsung mara menyang Alengka lan wis siyap njupuk Shinta. Ora suwe, dheweke tekan Alengka, negara raksasa. Suwalike, Anoman ora wedi njupuk Shinta. Ing gage pantes loro jempol. Setuju? Nanging ... Gaswatnya, tekane Anoman ing Alengka dikenal Rahwana. Ravana: Hee .. Ana apa ta, Anoman? Iki kratonku apa sing dilakoni !! Anoman: Aku diutus dening Rama aku kudu nggawa Shinta mulih ... Ravana: O, sampeyan ora bisa, sampeyan mung bisa ngrebut Shinta saka aku ... Anoman: Heh wong tuwa, sing ngrebut sampeyan, Rama lan Shinta pancen katresnan. Sampeyan ora isin banget ... Wong tuwa !! Pop lawas !! Mripat bakul Keladi lawas, johns !! ” Ravana: Kepiye kowe ora sopan, ilatmu kaya ora tau sekolah, apa-apa yen pengin njupuk Shinta, mandhegake mayitku ... (dheweke lagi perang) Pungkasane Rahwana lan Anoman gelut siji-siji. Anoman meh kalah nalika Ravana ngobong buntut kasebut kanthi geni sing panas banget. Nanging, mujur Anoman duwe pikiran sing cerdas. Dheweke langsung mlumpat banjur mudhun supaya geni ing buntut kasebut ngobong istana. Dheweke ngusap buntut ing endi wae. Lan Anoman bisa ngobong omah kraton Alengka.(Lagu Anoman obong) Sawise sukses kobong kraton, Anoman langsung nggoleki Shinta lan ngajak mulih. Rahwana lan kabeh pendhudhuk kraton kuwatir amarga kraton sing dibakar diobong. Anoman: "Ha ... ha ... Ha .... " Rama: "Kakang Anoman, Kakang wis kondur, nanging endi bojone Shinta? Apa sampeyan bisa njupuk maneh saka tangane Rahwana? " Anoman: "Kula nuwun kanca paling apik! Ravana kuwat banget, aku ora bakal bisa ngalahake dheweke. Malah buntutku kobong! Bayangake! Kepiye rasane, Mas Bro !! Gangguan !! " Rama: "Ora usah !! Aku yakin punggunge Anoman luwih kuat tinimbang Ravana. Anoman: Nyuwun pangapunten kanca sakedhik, nanging sampun nate nggantos kula ganti. Rama: Ganti? Apa tegese pengganti sampeyan? Ora, aku ora pengin ngiyanati bojoku Shinta, aku tresna banget marang dheweke! " Anoman: "Ya, aku ngerti! Nanging mung nonton! "(Nyawang Shinta)" prawan Okey, mlebu ...! " Wong wedok sing ayu nyedhaki Rama nalika lagi nari anggun. Nanging raine ditutupi sepotong tela. Sopo ngerti sapa? Karawitane pancen lucu Rama. Apa bocah wadon bisa nggawe Rama maju? Ayo mriksa!Anoman: Kula ngaturaken panjenengan ... Shinta ... Shinta: (mbukak kain nutupi raine) Kanda Rama ... (nyedhak Rama) Shinta: Sis! Napa sampeyan meneng? Apa sampeyan ora seneng ndeleng Dinda maneh? Krishnamurti: Aku seneng bali, nanging sampeyan mesthi bakal bali menyang negara sing wis dicelik Rahwana. Sampeyan ora murni ... Shinta: Duh gusti! Sawise pirang-pirang wulan omah-omah, isih Kanda isih ora percaya? Aku terus dadi siji !! (gaya iklan lifebuoy) Rama: Dindaaa !! (Alay) Shinta: Napa sampeyan duwe pikiran kaya ngono? Malah ing kahanan apa wae, dinda tetep lan tetep njaga kesucian dinda kanggo sampeyan. Rama: Wah ... aku percaya karo bojoku, nanging kowe ngerti yen Ravana ndemek sampeyan nalika sampeyan ora sadar? Shinta: Nanging aku yakin Kanda, Ravana durung nglakoni apa-apa marang aku !! Krishnamurti: Apik, sampeyan, sampeyan pengin mbuktekake? Shinta: Ya Kanda, apa sampeyan kudu mbuktekake? " Krishnamurti: Inggih ... (nggawe geni) Saiki dakjaluk supaya sampeyan mlaku ing geni iki, yen sampeyan ngobong tegese sampeyan wis di wernani. Nanging yen ora ngobong, sampeyan isih suci! Shinta: Ora apa-apa kanda, kanggo tresna sampeyan, sampeyan bakal daklakoni!Burn kula, lan buktakake tresnaku ... Pungkasane Shinta mlaku. Ora mung kuwi, Shinta uga milih mbakar awake dhewe ing geni sing murub. Nanging apa sing kedadeyan? Shinta ora kobong maneh. Ora kena diobong. Pas sawise metu saka geni, raine Shinta dadi luwih ayu. Lan atiné luwih murni. Iki bukti bukti kesinta Shinta marang Rama. Krishnamurti: Dinda, ketoke Dinda isih resik. Nyuwun pangapunten, bojoku, sampeyan wis nuduh Dinda kanthi cara aneh. Aku tresna sampeyan, dear! Shinta: Apa sampeyan dipercaya Dinda? Aku tresno banget karo kanda! " Dheweke katon saben liyane romantis. Kaya biasane ing film nalika katresnan sejati iku dienggo bareng. Meh nalika dheweke bakal ... Akaann ... Tangan. Ravana dumadakan teka karo wadya balane ewu. Dheweke nuntut dendam !! Penculik Shinta, pengusiran Sarpakenaka, pembunuhan Maricha, lan pembakaran kraton. Ravana: Stop !! Halo Rama, yen sampeyan pengin garwane tetep dadi duweke, mandekake mayit, Rama. Dadi wong lanang. Ayo gelut, sapa sejatine katresnan sejatine bakal menang ... Aja dadi wong sing kalah Rama .. Laksmana: Sing sejati yaiku Kanda Rama karo Shinta. Sampeyan lagi wae wong tuwa !! Ravana: Sassy sampeyan !!Laksmana: Kanda Rama ... Ayo kula ngadhepi raksasa. Kanda mending nimbali tentara Ayodya !! Rama: Ora, Laksmana !! Aku bakal nglawan. Perang ora bisa dihindari. Ravana siap mbanting bocah wadon lan Rama siap nembak Ravana sing tepat ing njero ati. Shinta ndhelik ing Laksmana kanthi wedi. Perang iki bakal dadi macem. Lan ora kalah narik karo perang Bharatayudha. Pak Haji: Stoopppp !!! (kabeh padha nyawang Pak Haji) Pak Haji: Hai, sedulur, kenapa awakmu gelut? . HR Bukhory. Ravana: Oh, ngono? Nanging, Shinta duweke !! Pak Haji: Rahwana ... Sampeyan kudu ikhlas lan nrima Rama Shinta iku sejatine katresnan. Sampeyan ora pantes ngganggu urip sing seneng. Aja shirk utawa meri, kabeh wong duwe kekuwatan lan kelemahane. Kabeh wong duwe nasibe lan takdir sing ditemtokake dening Gusti .. Narator: (Nuju ing panggung lan mbahas Pakar Haji) Heh Pak Hajj !! Ing skenario iki ora ana adegan !! Ngethok !! Ngethok !! Mung ngrusuh sampeyan. Hush !! Laksmana: Narrator, Pak Haji bener. Kita kudu gawe tentrem kan? Ayo padha ngapura, setuju !!Kabeh: Setuju !! Narator: Nanging ora cocog karo mburi Ramayana ... Pak Haji: Sing penting seneng mungkasi. Apa sampeyan pengin donya dadi luwih rusak yen perang terus? Narator: Ya ... Ora. Ya, nyuwun pangapunten ... (Banjur para pemain ing panggung njaluk ngapura. Minal aidzin wal faidzin * reff, mula kabeh pemain metu. Sing ana ing panggung isih ana ing panggung. Sing liyane diubengi ing panggung. Setel lagu tentrem lan kita bakal nari bebarengan (Perdamaian lagi tamat. Kabeh wong mudhun kajaba Narrator lan Rama-Shinta. Rama-Shinta katon imut Pungkasane crita Ramayana dudu Shinta sing ilang ing bumi utawa Ravana sing tiwas. Nanging pungkasane Ramayana yaiku Ravana nyerah lan milih golek wanita liyane. Sarpakenaka uga nesu. Rahwana narik kabeh tentarae maneh lan ngatur Kraton Alengka luwih apik. Déné Rama lan Shinta? Umm ... Dheweke urip kanthi seneng bareng terus. Nganti pungkasaning urip. Mula, dheweke urip kanthi seneng terus. (Kabeh omah mlebu ing panggung) Katresnan ora mung kanggo wingi, nanging kanggo dina iki, sesuk lan sapiturute. Lan elinga manawa katresnan ora katon ing pasuryan utawa bandha. Nanging ing ati. Mangkono critane Ramayana, muga-muga dadi pelajaran sing penting banget kanggo kita kabeh. Babagan katentreman, kasucen katresnan, sesrawungan lan paseduluran.
Semua terjemahan yang dibuat di dalam TerjemahanSunda.com disimpan ke dalam database. Data-data yang telah direkam di dalam database akan diposting di situs web secara terbuka dan anonim. Oleh sebab itu, kami mengingatkan Anda untuk tidak memasukkan informasi dan data pribadi ke dalam system translasi terjemahansunda.com. anda dapat menemukan Konten yang berupa bahasa gaul, kata-kata tidak senonoh, hal-hal berbau seks, dan hal serupa lainnya di dalam system translasi yang disebabkan oleh riwayat translasi dari pengguna lainnya. Dikarenakan hasil terjemahan yang dibuat oleh system translasi terjemahansunda.com bisa jadi tidak sesuai pada beberapa orang dari segala usia dan pandangan Kami menyarankan agar Anda tidak menggunakan situs web kami dalam situasi yang tidak nyaman. Jika pada saat anda melakukan penerjemahan Anda menemukan isi terjemahan Anda termasuk kedalam hak cipta, atau bersifat penghinaan, maupun sesuatu yang bersifat serupa, Anda dapat menghubungi kami di →"Kontak"
Vendor pihak ketiga, termasuk Google, menggunakan cookie untuk menayangkan iklan berdasarkan kunjungan sebelumnya yang dilakukan pengguna ke situs web Anda atau situs web lain. Penggunaan cookie iklan oleh Google memungkinkan Google dan mitranya untuk menayangkan iklan kepada pengguna Anda berdasarkan kunjungan mereka ke situs Anda dan/atau situs lain di Internet. Pengguna dapat menyisih dari iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi Setelan Iklan. (Atau, Anda dapat mengarahkan pengguna untuk menyisih dari penggunaan cookie vendor pihak ketiga untuk iklan hasil personalisasi dengan mengunjungi www.aboutads.info.)